Perusahaan produsen vaksin Amerika dan Jerman, Pfizer-BioNTech, hari Jumat (21/5), berjanji akan mengirimkan dua miliar dosis vaksin mereka ke negara-negara berpendapatan rendah dan menengah sebagai bagian dari upaya global untuk menutup kesenjangan vaksin antara negara-negara kaya dan miskin.
Berbicara di KTT Kesehatan Global di Roma, CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan satu miliar dosis pertama vaksin itu akan dikirim tahun ini, dan yang kedua pada tahun 2022.
Perusahaan farmasi lain di Amerika, Moderna akan menyumbang 200.000 dosis vaksin; sementara Johnson&Johson akan menyumbang 100.000 dosis vaksin.
BACA JUGA: China Serukan Lebih Banyak Bantuan Vaksin untuk AfrikaJerman Memulai Kegiatan Ekonomi
Di sebagian besar Jerman, untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan ini, taman-taman untuk minum bir, cafe dan restoran membuka meja-meja di luar ruangan. Untuk masuk, para pelanggan harus menunjukkan hasil uji medis COVID-19 yang negatif atau sertifikat vaksinasi.
Kanselir Jerman Angela Merkel menyerukan kepada warga Jerman untuk bertindak secara bertanggungjawab ketika negara itu memulai kegiatan ekonominya.
BACA JUGA: Jerman Siap Luncurkan "Aplikasi Kekebalan" DigitalIOC : Olimpiade Tetap Berlangsung
Wakil Presiden Komite Olimpiade Internasional John Coates hari Jumat mengatakan kompetisi bergengsi itu akan tetap dilangsungkan dalam dua bulan ke depan di Tokyo, meskipun kota itu masih memberlakukan status darurat karena perebakan pandemi virus corona.
Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan bahwa sebagian besar warga Jepang menentang penyelenggaraan Olimpiade yang dijadwalkan dimulai pada 23 Juli 2021.
Coates mengatakan hasil jajak pendapat itu mungkin berubah ketika semakin banyak warga Jepang yang divaksinasi vaksin COVID-19. Pejabat-pejabat Jepang berjanji akan memvaksinasi seluruh warga lansia selambat-lambatnya pada akhir Juli.
Sementara itu di Lebanon, untuk pertama kali dalam lebih dari satu tahun, pemerintah akan mengijinkan bioskop kembali beroperasi dengan kapasitas yang lebih sedikit. Perkembangan ini terjadi sehari setelah negara itu mencatat tingkat kematian terendah dalam beberapa bulan ini, yaitu tujuh korban meninggal.
India dan Argentina Masih Berjuang Keras
Kementerian Kesehatan India melaporkan 259.591 kasus baru COVID-19 pada hari Jumat saja (21/5). Negara di Asia Selatan itu juga melaporkan lebih dari 4.000 kematian.
The John Hopkins Coronavirus Resources Center mengatakan India memiliki 26 juta kasus virus corona; sedikit di bawah Amerika yang memiliki 33 juta kasus.
Sementara Argentina mulai hari Sabtu (22/5) memberlakukan kebijakan lockdown – atau menutup sebagian wilayah dan menghentikan kegiatan – hingga tanggal 31 Mei mendatang.
“Kita melihat jumlah kasus perebakan dan kematian tertinggi. Kita harus menangani situasi kritis ini secara serius dan tidak lagi menganggap ini sekedar tragedi,” ujar Presiden Alberto Fernandez dalam pidato di televisi hari Kamis (20/5). John Hopkins melaporkan Argentina memiliki 3,4 juta kasus COVID-19. [em/ah]