Persaingan regional Timur Tengah merambat ke pertemuan PBB tentang hak asasi manusia di Iran, Rabu (26/10) ketika pidato berapi-api dari seorang diplomat Suriah sempat membuat acara tersebut dihentikan sementara..
Pertemuan yang merupakan upaya tahunan dalam komite PBB untuk meninjau situasi hak asasi manusia di beberapa negara dengan catatan terburuk, dimulai sesuai perkiraan.
Pelapor Khusus, Asma Jahangir, mengemukakan kekhawatiran tentang tingkat eksekusi di Iran yang mencapai 435 sejak Januari tahun ini dan mencakup wanita dan remaja. Dia juga merinci laporan yang diperolehnya mengenai pelecehan, intimidasi dan pengadilan bagi pelanggar hak asasi manusia.
Jahangir yang mendapat mandat November tahun lalu menyampaikan kondisi-kondisi yang berbahaya bagi wartawan, blogger dan aktivis media sosial. Dia juga mencatat bahwa dua puluh orang lebih ditahan di penjara Iran sejak Juni.
Dia kemudian membahas diskriminasi terhadap wanita dimana mereka harus mengenakan pakaian yang menutupi mereka di depan umum, tidak diizinkan untuk menonton acara olah raga di stadion, dikecualikan dari beberapa jenis pekerjaan dan menghadapi tingkat pengangguran dua kali lipat dibandingkan laki-laki. Ketika mereka bekerja, mereka dibayar 41 persen lebih rendah dari rekan laki-laki mereka.
Dia juga mengungkapkan keprihatinannya tentang situasi minoritas etnis dan agama, seperti Baha'i, yang menghadapi "diskriminasi yang tanpa batas" bahkan penangkapan, penyiksaan dan penuntutan sewenang-wenang.
Jahangir, seorang ahli hak asasi manusia independen yang menerima mandat dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB, juga menyampaikan beberapa hal positif. [my/al]