Pihak berwenang Thailand memperingatkan demonstran agar tidak berkumpul untuk memperingati Revolusi Siam pada Rabu (23/6), dengan alasan kasus COVID-19 yang melonjak di kerajaan itu.
Kelompok-kelompok kunci prodemokrasi telah mengumumkan rencana demonstrasi di seluruh Bangkok pada Kamis (24/6) untuk memperingati ulang tahun ke-89 Revolusi Siam, pemberontakan yang mengubah Thailand dari absolutisme menjadi monarki konstitusional.
Protes massal terhadap pemerintahan Perdana Menteri Prayut Chan-O-Cha mengguncang Bangkok pada paruh kedua tahun lalu, dipicu oleh ketidakpuasan terhadap mantan panglima militer itu yang berkuasa melalui kudeta tahun 2014. Protes terhenti ketika kasus COVID meningkat.
BACA JUGA: Thailand Mulai Gelar Vaksinasi Massal Tapi Pasokan Tak MemadaiKerajaan itu kini dilanda gelombang ketiga virus. Jumlah infeksi dan kematian harian yang tinggi membuat pihak berwenang melarang adanya kumpul-kumpul dan pertemuan.
"Polisi siap menjaga keamanan untuk protes besok. Polisi akan fokus menjaga perdamaian dan ketertiban dan mengikuti aturan pengendalian penyakit," kata komisaris polisi metropolitan Bangkok Pakapong Pongpetra.
Gerakan prodemokrasi mengejutkan Thailand, terutama tuntutan mereka yang paling kontroversial: reformasi kerajaan.
Sekitar 150 orang telah didakwa sejak gerakan itu dimulai, dengan para pemimpin kunci dikenai berbagai tuduhan berdasar undang-undang pencemaran nama baik kerajaan Thailand yang keras. Banyak dari mereka dibebaskan dengan jaminan dengan syarat, antara lain, tidak memprotes lagi, tetapi mereka diperkirakan akan memimpin aksi pada Kamis (24/6). [ka/uh]