Misi PBB di Yaman mengatakan, pemerintah yang diakui secara internasional dan kelompok pemberontak Houthi sepakat untuk segera membebaskan 1.081 tahanan. Kesepakatan itu menandai realisasi tahap pertama rencana pembebasan yang dicapai sebelumnya tahun ini.
Kesepakatan yang dicapai Minggu (27/9) itu tercapai pada penutupan pembicaraan selama sepekan di Glion, Swiss, yang dipimpin utusan khusus PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, dan Komite Palang Merah Internasional.
Griffiths mengatakan, ia secara pribadi senang mengumumkan bahwa pihak-pihak yang melangsungkan pembicaraan telah mencapai sebuah tahapan sangat penting pada pertemuan keempat komite pengawas yang berlangsung dari tanggal 17 hingga 25 September. Kedua pihak, katanya, telah memperbarui komitmen mereka untuk menerapkan sepenuhnya kesepakatan Stockholm.
BACA JUGA: WFP: Yaman dalam Titik Kritis akibat KonflikKesepakatan pertukaran tahanan merupakan terobosan dalam perundingan perdamaian untuk Yaman pada 2018 di Stockholm, Swedia. Kedua pihak, pada saat itu, sepakat untuk mengambil langkah-langkah untuk membangun rasa saling percaya terhadap satu sama lain, termasuk gencatan senjata di kota pelabuhan strategis, Hodeida. Namun, rencana perdamaian tentatif itu mengalami kegagalan karena kedua pihak masih saling melangsungkan serangan militer.
Konflik di negara Arab paling miskin itu pecah pada 2014, ketika Houthi yang bersekutu dengan Iran merebut ibu kota dan banyak kawasan di wilayah utara negara itu. Koalisi pimpinan Arab Saudi, yang bersikukuh memulihkan pemerintahan Presiden Abed Rabu Mansour Hadi, melancarkan intervensi militer beberapa bulan kemudian.
Perang di Yaman merupakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Lebih dari 100.000 orang tewas, dan jutaan lainnya menderita kekurangan pangan dan ketiadaan akses ke layanan kesehatan.
Pada pertemuan di Glion, perwakilan koalisi Saudi juga ikut hadir. [ab/uh]