Norwegia dan Lituania memperketat keamanan di instalasi energi darat, menyusul kebocoran pipa gas di Laut Baltik pada Minggu. Sementara itu, Finlandia merekomendasikan agar operator energi lebih waspada terhadap keamanan.
Pada Selasa (10/10), Helsinki mengatakan kerusakan yang terjadi pada konektor Baltik antara Estonia dan Finlandia disebabkan "aktivitas luar" dan bahwa penyebabnya sedang diselidiki. Ini memicu kekhawatiran akan keamanan energi regional dan mendorong kenaikan harga gas.
“Kami telah meningkatkan fokus kami pada patroli pencegahan di instalasi minyak dan gas di wilayah kami,” kata kepala operasi Helge Blindheim di distrik kepolisian Norwegia Barat kepada harian BA. Distrik ini memiliki satu terminal minyak, Mongstad, dan dua kilang pemrosesan gas, Kollsnes dan Kaarstoe.
BACA JUGA: Rusia Kirim Lebih Banyak Minyak ke China Melalui Rute ArktikPolisi Norwegia bertanggung jawab atas keamanan instalasi di darat, seperti kilang pengolahan gas dan terminal minyak. Sedangkan militer bertanggung jawab atas anjungan lepas pantai dan jaringan pipa. Militer telah meningkatkan patroli Angkatan Laut dan menerima bantuan dari sekutu NATO untuk melindungi anjungan lepas pantai setelah ledakan di pipa gas Nord Stream pada September 2022.
Norwegia adalah pemasok gas terbesar di Eropa dan produsen minyak terbesar di Eropa Barat. Negara itu mengekspor lebih dari 120 miliar meter kubik gas pada 2022, utamanya melalui sistem 22 jaringan pipa sepanjang lebih dari 8.800 kilometer.
Finlandia juga telah menginstruksikan operator energi untuk lebih waspada terhadap keamanan akibat insiden di Laut Baltik. Demikian pula Lituania, yang bertetangga dengan Estonia, meningkatkan kewaspadaan keamanan di terminal impor gas alam cair Klaipeda, jaringan pipa gas, dan aset-aset energi strategis lain sebagai akibat dari kerusakan pada pipa gas Balticconnector. [ka/lt]