Para pemimpin Australia dan Selandia Baru pada Rabu (20/12) sepakat untuk mengupayakan hubungan pertahanan yang lebih erat, sementara Selandia Baru mempertimbangkan untuk berbagi teknologi militer canggih dengan AS dan Inggris melalui kemitraan AUKUS.
PM Selandia Baru Christopher Luxon menjadikan Australia sebagai tujuan lawatan internasionalnya yang pertama setelah terpilih Oktober lalu dan kemudian membentuk pemerintahan koalisi.
Luxon mengatakan ia dan PM Australia Anthony Albanese sepakat pada pertemuan mereka di Sydney bahwa para menteri pertahanan dan luar negeri kedua negara akan bertemu pada awal 2024 untuk memastikan rencana mereka “selaras dan terpadu.”
AS dan Inggris telah setuju untuk memberi Australia armada kapal selam berteknologi nuklir AS berdasarkan perjanjian AUKUS untuk menghadapi ancaman militer China yang kian besar di kawasan itu.
AUKUS adalah singkatan dari Australia, Inggris dan AS.
Luxon mengatakan Selandia Baru tertarik untuk terlibat dalam Pilar 2 AUKUS. Ini adalah komitmen antara ketiga mitra AUKUS itu untuk mengembangkan dan berbagi kemampuan militer canggih, termasuk kecerdasan buatan, perang elektronik dan hipersonik.
Albanese mengatakan ada peluang bagi kerja sama lebih besar antara militer kedua negara, terutama dalam interoperabilitas.
BACA JUGA: Hadapi Ketegangan di Pasifik, Selandia Baru akan Tingkatkan Kemampuan PertahananSelandia Baru telah melarang kapal-kapal bertenaga nuklir untuk menggunakan pelabuhanya sejak 1984.
Luxon mengatakan status bebas nuklir negaranya “tidak dapat dinegosiasikan.”
Sementara itu, di tengah-tengah seruan bagi Australia untuk bergabung dengan negara-negara lain agar mengirimkan kapal guna melindungi kapal-kapal yang melewati Laut Merah, yang diserang drone dan rudal balistik dari wilayah-wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman, Albanese mengatakan bahwa cara terbaik bagi negaranya untuk berkontribusi adalah melalui dukungan diplomatik. [uh/ab]