Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull ingin memperbaiki hubungan diplomatik dan ekonomi yang memburuk di bawah pemerintahan pendahulunya, saat ia berkunjung ke Jakarta hari Kamis (12/11) untuk bertemu Presiden Joko Widodo.
Australia dan Indonesia memiliki sejarah diplomatik yang bergejolak dalam beberapa dekade terakhir, namun hubungan mencapai titik terendah di bawah Perdana Menteri Tony Abbott, yang digulingkan dalam kudeta partai bulan September.
Turnbull mewarisi ketegangan hubungan akibat pengintaian, eksekusi warga negara Australia di Indonesia dan kebijakan keras Abbott atas pencari suaka, di tengah peningkatan agresivitas China di wilayah ini.
Namun dengan kegelisahan di Jakarta terhadap sikap Beijing dan keinginan Turnbull untuk membangun jembatan ke Asia, kunjungan itu merupakan kunci bagi kedua belah pihak, ujar Adrian Vickers, direktur Pusat Studi Asia di University of Sydney.
"Hal besar bagi Turnbull sebenarnya hanya mendapat perhatian cukup dari Indonesia, dimana saat ini ada potensi untuk benar-benar memfokuskan kembali hubungan mengingat masalah antara Indonesia dan China," ujarnya kepada Reuters.
"Ini juga cara yang baik untuk mengingatkan Indonesia akan Australia dan manfaat potensial dari hubungan ekonomi."
Indonesia adalah mitra perdagangan terbesar ke-10 bagi Australia dan pasar ekspor terbesar untuk gandum Australia senilai A$1,3 miliar (US$917 juta) tahun 2014, selain salah satu tujuan utama untuk ternak hidup dan gula.
Kedua negara juga bekerjasama erat dalam kontra-terorisme, sebuah isu yang semakin menjadi kekhawatiran karena para militan Negara Islam (ISIS) mencari daerah pijakan di luar Timur Tengah, di mana Australia terlibat dalam pemboman kelompok itu sebagai bagian dari kampanye militer yang dipimpin AS.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, krisis tak berkesudahan itu menjadi norma, ujar Vickers, dengan Abbott yang menjadi perwakilan wajah publik di Indonesia.
Hanya satu bulan setelah ia menjabat bulan September 2013, terungkapnya laporan bahwa Canberra telah memata-matai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan istrinya telah menodai hubungan kedua negara.
Kebijakan Abbott mengembalikan kapal-kapal yang membawa pencari suaka ke Indonesia, meski populer di dalam negeri, membuat marah pemerintah Indonesia, yang melihatnya sebagai pelanggaran kedaulatan.
Ketegangan mencapai puncaknya bulan Mei ketika Indonesia mengeksekusi dua warga negara Australia yang merupakan bagian dari lingkaran penyelundupan narkoba "Bali Nine", meski ada lobi yang intens dari Canberra.
Pemerintah Indonesia melihat kunjungan Turnbull sebagai tanda bahwa kedua belah pihak ingin melakukan hal yang sama dalam lingkup ekonomi dan diplomatik, ujar Armanatha Nasir, juru bicara Kementerian Luar Negeri.
"Fakta bahwa para menteri Australia telah sering mengunjungi kita dan ada delegasi besar pebisnis yang datang ke sini dengan perdana menteri menunjukkan upaya-upaya dari kedua belah pihak untuk bergerak maju," ujarnya. [hd]