Pakistan dalam keadaan siaga tinggi setelah peningkatan serangan pemberontak yang mematikan baru-baru ini di seluruh negeri, termasuk serangan bom mobil bunuh diri di Karachi minggu lalu yang menargetkan konvoi China dan mengakibatkan tewasnya dua insinyur China.
Perdana Menteri Shehbaz Sharif menerima Li di sebuah pangkalan udara militer di luar ibu kota Pakistan sebelum keduanya memimpin delegasi tim masing-masing untuk meninjau perdagangan bilateral dan kemajuan dalam Koridor Ekonomi China-Pakistan.
Dikenal sebagai CPEC, proyek bilateral bernilai miliaran dolar yang didanai oleh China ini merupakan perpanjangan penting dari Inisiatif Sabuk dan Jalan global Presiden Xi Jinping. Pemerintah Pakistan telah mengumumkan hari libur nasional selama tiga hari di Islamabad dan kota garnisun yang berdekatan, Rawalpindi.
Sekolah-sekolah dan usaha-usaha ditutup, dan tentara serta pasukan paramiliter telah dikerahkan untuk memastikan “pengaturan keamanan yang telah disiapkan dengan baik” untuk kunjungan Li dan KTT SCO yang berlangsung selama dua hari mulai hari Selasa.
Para pejabat mengatakan Li juga diperkirakan akan meresmikan secara virtual bandara internasional yang dibangun CPEC di Gwadar, sebuah kota pesisir yang memiliki pelabuhan laut dalam yang dikendalikan oleh China di Laut Arab.
Kedua belah pihak belum mengomentari alasan dari peresmian virtual ini, tetapi sumber-sumber diplomatik menyebutkan adanya kekhawatiran keamanan yang meningkat, terutama setelah serangan Karachi.
Li adalah perdana menteri China pertama yang mengunjungi Islamabad dalam 11 tahun terakhir, dan pemerintahan Sharif mengatakan kunjungan ini akan membantu memajukan pengembangan CPEC dan memfasilitasi ekspansi bisnis China di negara Asia Selatan ini.
China telah menginvestasikan hampir 25 miliar dolar AS selama satu dekade terakhir di bawah CPEC, membangun proyek-proyek pembangunan infrastruktur berskala besar di Pakistan, seperti jalan, jalan raya, pembangkit listrik, pelabuhan Gwadar, dan bandara.
Namun, para pengecam merasa skeptis mengenai apakah pihak China akan tertarik untuk memperluas investasi bisnisnya di bawah CPEC, mengutip ancaman keamanan yang semakin meningkat terhadap para pekerja China di Pakistan, di antara berbagai tantangan lainnya. Serangan-serangan militan telah menewaskan sedikitnya 21 warga negara China sejak tahun 2017.
Serangan bom bunuh diri di Karachi minggu lalu yang menewaskan para insinyur China yang terkait dengan pembangkit listrik CPEC mendorong Beijing untuk meminta warganya agar tidak mengunjungi provinsi Baluchistan dan Khyber Pakhtunkhwa. Kedua provinsi itu berbatasan dengan Afghanistan dan hampir setiap hari menyaksikan serangan-serangan pemberontak.
Pada hari Senin, sedikitnya tiga orang polisi tewas ketika para pemberontak Islamis menyerbu sebuah markas polisi distrik di Khyber Pakhtunkhwa. Pihak berwenang mengatakan bahwa tiga penyerang juga tewas dalam baku tembak itu.
Titik balik
Mushahid Hussain, mantan senator dan kepala Pakistan China Institute yang berbasis di Islamabad, memperingatkan bahwa serangan mematikan terbaru terhadap warga negara China merupakan pukulan berat dan dapat menjadi “titik balik” bagi “kemitraan strategis” antara kedua negara.
“China memiliki investasi besar di Nigeria dan Kongo yang dilanda perselisihan, namun belum pernah kita saksikan ... pembunuhan insinyur dan teknisi China ... seperti yang kita saksikan di Pakistan,” kata Hussian.
BACA JUGA: Kelompok Bersenjata Serang Kamp Penambangan di Pakistan, 20 TewasHussian menggambarkan serangan Karachi sebagai “pelanggaran keamanan yang terang-terangan” dan mengulang seruan China kepada pihak berwenang Pakistan untuk segera mengadili para pelaku. “China, sahabat kita, telah dikecewakan dengan kepercayaan mereka yang terguncang” meskipun Islamabad menjanjikan ‘keamanan yang baik’ bagi para tamu China, katanya.
Kelompok militan separatis Tentara Pembebasan Baloch (BLA) mengaku bertanggung jawab atas serangan 6 Oktober di Karachi, ibu kota provinsi Sindh di selatan.
Kelompok ini telah melancarkan serangan-serangan mematikan di Balochistan, menuduh China membantu Pakistan untuk mengeksploitasi sumber daya alam di wilayah tersebut, sebuah tuduhan yang dibantah oleh kedua negara sebagai tidak berdasar.
Menteri Informasi Attaullah Tarar kepada para wartawan pada hari Senin mengatakan bahwa pemerintahnya melakukan segalanya untuk memastikan keamanan warga negara China di Pakistan. Dia menyatakan bahwa serangan-serangan yang terjadi baru-baru ini terhadap para pekerja China, termasuk pengeboman di Karachi, “sedang diselidiki, dan perdana menteri secara pribadi sedang menyelidikinya.”
BACA JUGA: Dua Polisi dan 4 Pemberontak Tewas di Wilayah Pakistan yang BergejolakDalam pertemuan-pertemuan pascaserangan dengan rekan-rekannya dari Pakistan, para pejabat China tampak “sangat marah” dan menekan negara tuan rumah untuk “menghukum berat” para pelaku dan segera meningkatkan keamanan warga negara dan proyek-proyek China, menurut sumber-sumber diplomatik yang mengetahui pertemuan tersebut.
Husnain Javed, seorang peneliti Pakistan yang berbasis di Beijing, kepada VOA mengatakan bahwa utang terkait CPEC dan kemampuan membayar untuk pembangkit listrik tenaga batu bara yang dibangun oleh China adalah rintangan utama dalam memajukan proyek tersebut.
“Pakistan ingin menunda pembayaran ini untuk jangka waktu 3 tahun dengan bunga dan penalti... Kita masih jauh dari CPEC tahap 2,” katanya dalam komentar tertulis.
Javed mencatat bahwa meningkatnya masalah keamanan bagi ribuan pekerja China di Pakistan telah menambah tantangan-tantangan proyek bilateral tersebut. “Serangan baru-baru ini, menurut saya, adalah penyebab kegagalan CPEC karena sangat merusak kepercayaan antara kedua negara... Penting untuk mempertimbangkan bahwa mereka bukanlah insinyur biasa,” kata peneliti tersebut.
Kementerian Luar Negeri Cina minggu lalu mengatakan bahwa sebuah tim tingkat tinggi telah dikirim ke Islamabad setelah serangan tersebut.
Tim tersebut "meminta pihak Pakistan untuk menangani masalah-masalah selanjutnya dengan baik ... melakukan investigasi menyeluruh, menyeret semua pelaku ke pengadilan, dan meningkatkan langkah-langkah keamanan untuk memastikan keselamatan dan keamanan personel, institusi, dan proyek-proyek China." [my/uh]