Dalam pidato nasional, Senin (8/6), Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan pemerintah federal akan mengambil peran yang lebih besar dalam memperoleh vaksin COVID-19 untuk negara-negara bagian India.
“Pemerintah India sendiri akan membeli 75 persen dari total produksi produsen vaksin dan memberikannya gratis kepada pemerintah-pemerintah negara bagian.”
Menurut harian New York Times, kurang dari 4 persen orang India yang telah mendapat vaksinasi COVID-19 dosis lengkap.
Kementerian kesehatan India, Senin (7/6), melaporkan 100.636 infeksi baru COVID-1, jumlah terendah dalam 61 hari, dan 2.427 kematian dalam periode 24 jam sebelumnya.
Terkait berita-berita COVID-19, Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock, Minggu (6/6) mengatakan varian delta dari virus corona, yang pertama kali diidentifikasi di India, kemungkinan sampai 40 persen lebih menular daripada varian alfa.
Hancock mengatakan kepada para wartawan bahwa varian delta telah menjadi varian yang dominan di Inggris, menggantikan varian alfa yang pertama kali diidentifikasi di Kent. Ia juga mengatakan ada kemungkinan varian delta bisa mengancam rencana pencabutan penutupan wilayah pada 21 Juni.
Hancock menekankan pentingnya warga Inggris memperoleh vaksinasi dan menambahkan data awal menunjukkan vaksin itu efektif melawan varian delta setelah orang mendapat kedua dosis tersebut.
Menurut Pusat Sumber Daya Virus Corona Johns Hopkins, saat ini 40 persen dari populasi Inggris telah divaksinasi penuh. Kasus baru COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona, telah menurun drastis sejak Inggris memulai program vaksinasi.
Uganda, Senin (7/6), memulai penutupan wilayah terkait pandemi selama 42 hari termasuk penutupan sekolah dan universitas, dan menangguhkan pertemuan publik, termasuk di gereja dan masjid.
Transportasi umum akan dihentikan mulai Kamis (10/6).
Uganda telah mengalami peningkatan kasus dalam beberapa pekan terakhir, dan para pejabat mengatakan gelombang virus saat ini berdampak pada orang berusia 20 hingga 39 tahun.
Jumlah kasus COVID-19 global, Senin (7/6), mencapai 173,4 juta, menurut Pusat Sumber Daya Virus Corona Johns Hopkins. [my/ka]