PM Inggris dan Pihak Oposisi Perdebatkan Respon terhadap Pandemi

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memberikan keterangan pers di London (foto: dok).

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Rabu (21/10) kembali menolak upaya oposisi untuk menerapkan lockdown selama dua minggu guna memutuskan mata rantai infeksi secara nasional dan membendung penyebaran virus corona di negara tersebut.

Di House of Commons, pemimpin Partai Buruh yang beroposisi Keir Starmer, memaparkan sistem siaga tiga lapis yang diusulkan oleh Johnson tidak berhasil dan diperlukan langkah-langkah yang lebih drastis.

Sistem yang diterapkan lebih dari seminggu lalu itu menggolongkan berbagai kawasan di Inggris sebagai berisiko sedang, tinggi atau sangat tinggi berdasarkan jumlah kasus baru masing-masing. Di sejumlah kawasan berisiko tertinggi, semua pub ditutup, anggota-anggota dari sebuah rumah tangga dilarang berbaur dengan anggota rumah tangga lainnya, dan disarankan untuk tidak melakukan perjalanan keluar masuk daerah tersebut.

BACA JUGA: PM Inggris Tolak Rencana Lockdown dan Tak Berlakukan Pembatasan Apapun

Starmer menjelaskan laju infeksi terus naik - penutupan beberapa kawasan di timur laut, menjadi zona tiga sementara memindahkan warga dari zona dua ke zona tiga – semua langkah ini tidak berhasil. Ia menambahkan tindakan itu "terburuk ditinjau dari segi manapun," dan menyebabkan "kerugian ekonomi secara signifikan dan virus tidak terkendali."

Starmer menuduh Johnson tidak memiliki strategi eksit dalam rencana pemerintah dan katanya, pilihan jelas sudah tersedia: penderitaan berminggu-minggu yang berkepanjangan dibawah sistem siaga tiga lapis, atau sebuah lockdown dua minggu "yang mampu memutuskan mata rantai infeksi" di seluruh negara. Ia mencatat bahwa Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara masing-masing telah mengumumkan lockdown atau kondisi lockdown hampir sepenuhnya mulai hari Jumat.

Johnson mempertahankan pendekatan per kawasan dan menyebutnya pendekatan yang berimbang dan ‘masuk akal,’ dan menyatakan metode "pemutusan rantai infeksi" yang diusulkan Starmer itu akan mengakibatkan sejumlah sekolah dan bisnis ditutup, sehingga timbul kerugian baik ekonomis maupun psikologis dan emosional, bagi rakyat Inggris. [mg/jm]