Perdana Menteri Inggris Theresa May mundur sebagai ketua Partai Konservatif hari Jumat. Putaran pertama voting untuk memilih penggantinya diperkirakan berlangsung pekan depan.
May akan tetap menduduki jabatan itu sampai ketua baru dipilih, kemungkinan besar pada akhir Juli, tetapi ia melepaskan kendali untuk mengarahkan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, yang dijadwalkan pada 31 Oktober.
Perdana menteri mendatang akan hanya punya waktu kurang dari lima bulan untuk memutuskan apakah akan menghidupkan kembali rencana May dan sekali lagi menunda Brexit, atau meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan sama sekali.
May mulai menjabat setelah referendum 2016 menetapkan untuk memutuskan hubungan dengan Uni Eropa dan menghabiskan waktu selama tiga tahun ini untuk menyusun rencana tersebut. Tetapi ia tiga kali gagal meyakinkan para anggota parlemen agar mendukung perjanjian Brexit yang diusulkannya.
Sebagian dari 11 kandidat yang bersaing untuk menggantikannya, termasuk mantan Menteri Luar Negeri Boris Johnson, telah menyatakan mereka berencana untuk mengupayakan perubahan kesepakatan itu, meskipun Uni Eropa menyatakan tidak akan membuka kembali perundingan.
Mereka di bawah tekanan dari Nigel Farage, tokoh yang skeptis terhadap euro, yang mendukung opsi “tanpa kesepakatan” dan partai Brexit pimpinannya unggul dalam pemilu Eropa bulan lalu.
Akan tetapi partai Demokrat Liberal yang pro-Eropa, yang ingin membatalkan Brexit, juga menunjukkan kinerja yang baik dalam pemilu Eropa. Ini memperlihatkan betapa Inggris masih terbelah terkait perpisahan negara itu dengan Uni Eropa. [uh]