PM Boris Johnson akan mempertahankan status lockdown di Inggris sampai paling sedikit bulan depan. Hal tersebut mengakibatkan kekecewaan di kalangan beberapa anggota kabinetnya, yang dibelakang layar berargumen, Downing Street kini seharusnya memprioritaskan ekonomi, yang mengarah pada resesi terburuk dalam 300 tahun.
Para menteri kabinet dan beberapa anggota Konservatif yang senior telah mendesak Johnson agar paling tidak merilis sebuah jadwal bagi pelonggaran lockdown.
Mantan Menteri Keuangan Sajid Javid, yang pernah jadi pesaing untuk jabatan pemimpin Partai Konservatif, Jumat (9/5), mengatakan Downing Street kini harus memusatkan perhatian pada ekonomi, setelah puncak kasus virus corona sudah dicapai.
BACA JUGA: Ilmuwan Inggris Melanggar Lockdown karena Terima Kunjungan PacarSepanjang minggu, harian pro-Konservatif Inggris mengasumsikan Johnson akan mengumumkan pencabutan pengetatan itu dalam hari-hari mendatang. Pada Kamis (7/5), Bank of England memperingatkan bahwa Inggris sedang menuju resesi terburuk.
Johnson pada MInggu (10/5) akan menguraikan perubahan bertahap dari pengetatan virus corona. Dia juga akan menjelaskan strategi eksit jangka panjang, tetapi memberitahu kabinetnya dia akan melangkah maju secara sangat hati-hati.
Kehati-hatian Johnson ini sangat berbeda dari jiran-jiran Inggris di benua Eropa. Mereka juga berhati-hati, namun pencabutan pengetatan berlangsung lebih cepat.
BACA JUGA: WHO Peringatkan agar Melonggarkan Lockdown dengan Hati-HatiKanselir Jerman Angela Merkel Kamis (7/5) mengumumkan sasarannya untuk memperlambat penyebaran virus corona telah tercapai, sehingga semua toko bisa dibuka kembali. Liga sepakbola Jerman Bundesliga telah diberi lampu hijau untuk memulai kembali kompetisi, dan sekolah-sekolah secara bertahap akan dibuka kembali untuk semester musim panas.
Kehati-hatian Boris Johnson diakibatkan peringatan bahwa potensi perebakan virus di rumah manula dan RS Inggris besar dan melonggarkan pengetatan sebelum Juni akan berisiko. [jm/pp]