PM Jepang: Perangi Pandemi Prioritas Utama

Petugas yang mengenakan pelindung wajah dan masker menunggu penumpang yang membutuhkan kursi roda di pintu kedatangan Bandara Internasional Narita, timur Tokyo, Jepang, 30 November 2021. (Foto: REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Senin (17/1), mengatakan bahwa memerangi pandemi adalah “prioritas utama'' dalam pidatonya sewaktu membuka sesi parlemen tahun ini, sementara kawasan metropolitan Tokyo mengalami lonjakan infeksi.

Kishida juga menyebut peningkatan langkah-langkah pertahanan terhadap meningkatnya ancaman regional sebagai prioritas, beberapa jam setelah Korea Utara menguji coba dua misil balistik yang keempat tahun ini.

''Saya akan mengabdikan jiwa dan raga saya untuk memenangkan pertarungan melawan virus corona ini,'' kata Kishida dalam pidatonya di depan majelis rendah, yang menandai dimulainya sesi baru 150 hari. Ia meminta orang-orang untuk saling membantu mengatasi “krisis nasional” pandemi.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menjawab pertanyaan di kantor perdana menteri di Tokyo pada 11 Januari 2022. (Foto: JIJI PRESS/AFP)

Ibu kota Jepang melaporkan 4.172 kasus baru pada Minggu (16/1), sehingga meningkatkan tingkat hunian rumah sakit menjadi 19,3%. Pihak berwenang Tokyo mengatakan bahwa jika tingkat itu melampaui 20%, mereka akan meminta pemerintah menempatkan kawasan tersebut di bawah status darurat dan menerapkan berbagai pembatasan seperti bekerja dari rumah dan jam kerja yang lebih pendek untuk restoran.

Kishida menegaskan kembali rencananya untuk menjaga kontrol perbatasan Jepang yang ketat, dan melarang sebagian besar pendatang asing hingga akhir Februari, sementara negara itu mencoba untuk mempercepat program vaksinasi COVID-19 dan memperkuat sistem medis untuk mendukung peningkatan jumlah pasien yang dirawat di rumah.

Varian omicron yang sangat menular telah mendorong infeksi lebih tinggi dan mulai melumpuhkan layanan medis dan publik di beberapa daerah, karena lebih banyak orang terpaksa mengisolasi diri. Jepang pekan lalu memangkas masa karantina 14 hari menjadi 10 hari.

Kishida mendesak perusahaan-perusahaan untuk memberlakukan kerja jarak jauh, dan meminta sekolah untuk menggunakan kelas online secara fleksibel. Suntikan booster baru dimulai bulan lalu dengan pekerja medis sebagai prioritas utama, dan sejauh ini kurang dari 1% populasi yang telah mendapatkan suntikan ketiga.

BACA JUGA: Jepang Setujui Pembatasan Baru untuk Kawasan yang Parah Terdampak COVID

Jepang baru-baru ini memotong jarak waktu antara suntikan kedua dan ketiga untuk orang tua menjadi enam bulan dari delapan bulan. Sebagian karena kekurangan vaksin impor. Sebagian besar orang Jepang yang lebih muda diperkirakan tidak akan mendapatkan giliran mereka sampai Maret.

Dalam pidatonya di parlemen, Kishida juga membahas apa yang ia katakan sebagai situasi regional yang “semakin parah dan kompleks”. “Saya bertekad untuk melindungi kehidupan rakyat dan kehidupan sehari-hari,” kata perdana menteri itu.

Uji coba misil balistik Korea Utara yang berulang dan meningkat “sama sekali tidak diperbolehkan dan kita tidak boleh mengabaikan kemajuan signifikan teknologi misilnya,” ujar Kishida.

Korea Utara pada hari Senin dilaporkan menembakkan dua misil balistik, yang menurut para pejabat Jepang mendarat di lepas pantai timur Korea Utara. Pengembangan nuklir dan misil Korea Utara, bersama dengan pembangunan militer China yang pesat, telah mendorong pemerintah Kishida untuk menaikkan anggaran militer Jepang. [ab/uh]