Hubungan kedua negara mendapat dorongan besar setelah kekalahan mantan presiden Sri Lanka, Mahinda Rajapaksa, yang lebih dekat ke China, dalam pemilu lalu.
Setelah mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri India Narendra Modi hari Selasa (15/9), Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan ia berharap menandatangani kesepakatan kemitraan ekonomi dengan India menjelang akhir tahun.
Pemimpin Sri Lanka itu tiba di New Delhi untuk kunjungan pertamanya ke luar negeri setelah memenangkan pemilu bulan lalu. Ia memimpin pemerintahan nasional yang dibentuk dengan kedua partai besar di Sri Lanka dan mengatakan bahwa membangun hubungan yang lebih kuat dan lebih erat dengan India kini menjadi "upaya semua pihak."
"Menurut saya, kami dalam posisi yang unik bahwa pemerintahan ini memiliki mandat dari rakyat untuk melanjutkan perjanjian perdagangan dan investasi dengan India," kata Wickremesinghe.
Tersingkirnya Mahinda Rajapaksa dari jabatan presiden Januari lalu membuka jalan bagi India dan Sri Lanka memperbaiki hubungan yang genting semasa jabatan Rajapaksa karena ia cenderung ke China. India kini berusaha menghentikan pengaruh China yang terus tumbuh di negara pulau kecil tersebut, yang terletak strategis di ujung selatan India di Samudera Hindia.
Menyebut tahun ini "bersejarah" bagi hubungan kedua negara, Modi menyerukan mempererat kemitraan dalam berbagai bidang mulai dari infrastruktur, kereta api, energi, dan bidang nuklir sipil.
"Kami sama-sama menginginkan kerjasama ekonomi yang lebih erat. Kami menginginkan perdagangan kami tumbuh dan lebih seimbang bagi Sri Lanka," ujar Modi.
Sri Lanka selama ini sangat bergantung pada China untuk mendanai proyek-proyeknya, tetapi pemerintahan yang baru berusaha mengurangi ketergantungannya pada investasi China. Menurut analis politik, bahkan sementara Srilanka meningkatkan hubungan dengan India dan mengupayakan kebijakan luar negeri yang lebih seimbang, negara itu akan terus melakukan bisnis dengan China.