Pidato berdurasi setengah jam yang diputar di media pemerintah itu adalah pidato pertama Mullah Mohammed Hassan Akhund sejak Taliban merebut Kabul dan mengamankan kekuasaan mereka atas negara itu tiga bulan lalu.
PM Akhund mengatakan, pendidikan untuk perempuan "sedang berlangsung" di Afghanistan dan Taliban akan meningkatkan jumlah sarana pendidikan" untuk perempuan dengan mempertimbangkan aturan Islam tertentu".
Taliban belum sepenuhnya melarang perempuan di ranah publik seperti yang dilakukan dalam pemerintahan Taliban sebelumnya pada akhir 1990-an. Tetapi mereka memerintahkan sebagian besar pegawai pemerintah perempuan untuk tidak bekerja dan tidak membolehkan siswi sekolah menengah kembali ke sekolah, meskipun mereka mengizinkan anak-anak perempuan yang lebih muda.
Dalam pidatonya, Akhund juga membela aturan kelompok itu dan menyalahkan anggota pemerintahan sebelumnya yang menyatakan bahwa Taliban harus disalahkan atas memburuknya pengangguran dan krisis keuangan.
"Waspadalah dengan orang-orang yang tersisa dari pemerintahan sebelumnya, yang bersembunyi membuat pernyataan dan menyebabkan kecemasan, menyesatkan rakyat untuk tidak mempercayai pemerintah," katanya.
Menunjuk pada apa yang ia katakan korupsi merajalela di pemerintahan sebelumnya, Taliban sebaliknya menghapus korupsi dan membawa keamanan di seluruh negeri.
"Kami berusaha sekeras mungkin untuk mengatasi masalah-masalah rakyat. Kami bekerja lembur di setiap departemen."
BACA JUGA: Di Bawah Tekanan Taliban, Saluran TV Milik Perempuan Afghanistan Menolak MenyerahPengambilalihan Taliban menyebabkan bantuan internasional dihentikan dan miliaran dolar aset Afghanistan yang disimpan di luar negeri diblok, sehingga memperburuk ekonomi yang sudah hancur.
Ratusan perempuan Afghanistan mengikuti ujian masuk pada akhir November di sebuah yayasan Turki di Kabul yang mengelola beberapa sekolah terkemuka di Afghanistan.
Sekitar 3.500 siswa mengikuti ujian yang sangat bersaing untuk sistem sekolah Afganistan-Turki, dimana hampir 40% calon siswanya adalah perempuan.
"Kami ingin semua anak perempuan terdidik. Ini adalah keinginan presiden, pemerintah dan juga rakyat Afghanistan," kata Changez Idmir - Penasihat Pendidikan di Kedutaan Besar Turki di Kabul, pada konferensi pers yang menandai diadakannya tes masuk.
Menghadapi tekanan dunia yang meningkat, Taliban mengatakan mereka akan mengizinkan anak perempuan yang lebih tua untuk melanjutkan pendidikan, setelah aturan dibuat untuk memastikan pendidikan yang sesuai dengan apa yang dianggap sebagai standar Islam yang tepat.
BACA JUGA: Lagi, Perempuan di Kabul Tuntut Hak Untuk Bekerja“Kami adalah sebuah yayasan pendidikan internasional dan kami aktif mengajar di berbagai negara dengan berbagai macam kelompok dan budaya. Tekad dan prioritas kami adalah menghormati aturan dan budaya negara tuan rumah, kami mempunyai kurikulum gabungan," kata Salleh Saghar.
Kami ingin melanjutkan dan memajukan kurikulum gabungan ini di beberapa tempat, kalau tidak bertentangan dengan budaya dan aturan mereka, tetapi di beberapa tempat kami mengubah dan mengatur kurikulum sesuai dengan budaya negara tuan rumah untuk jurusan musik, teater dan tari berdasarkan permintaan Taliban.”
Sekolah-sekolah Afghanistan-Turki harus membuat perubahan pada kurikulum mereka, menutup jurusan musik, teater dan tari atas permintaan pejabat Taliban, kata kepala yayasan pendidikan Turki, Salleh Saghar kepada kantor berita Reuters. [ps/jm]