Perdana Menteri baru Thailand telah berjanji akan mengizinkan penggunaan ganja hanya untuk tujuan medis, setahun setelah Thailand menjadi negara pertama di Asia yang mendekriminalisasi ganja.
Sebagian aktivis negara itu memperingatkan bahwa larangan penggunaan ganja untuk kesenangan bisa menimbulkan kekacauan dan menelan biaya besar. Sebagian lain mengatakan larangan ini bisa membantu menertibkan industri tersebut yang berkembang pesat.
Berbicara di sela-sela Sidang Umum PBB di New York pekan lalu, Perdana Menteri Srettha Thavisin memberi tanggapan blak-blakan ketika ditanya tentang masa depan ganja di Thailand.
“Hanya untuk alasan medis,” katanya kepada kantor berita Bloomberg.
BACA JUGA: Singapura Gantung Perempuan Pertama Pengedar Narkoba dalam 19 TahunThavisin menambahkan, “Kami membutuhkan undang-undang. Kami perlu meninjau ulang. Kami sepakat di antara 11 pihak bahwa ini akan menjadi kebijakan pemerintah, karena permasalahan narkoba sedang marak akhir-akhir ini. Ganja akan diatur untuk penggunaan medis.”
Ketika ditanya apakah ganja akan ditetapkan untuk penggunaan rekreasi, perdana menteri menjawab dengan tegas, “Tidak.”
Srettha mengepalai partai Pheu Thai dan koalisi 11 partai yang memimpin pemerintahan. Dia mengatakan koalisi akan memperkenalkan undang-undang dalam enam bulan ke depan.
Perdana menteri bukan satu-satunya yang menyuarakan keprihatinan. Pusat Studi Kecanduan juga baru-baru ini menyerukan dilarangnya penggunaan ganja untuk rekreasi, harian Bangkok Post melaporkan. [ka/jm]