Perdana Menteri Ali Larayedh mengatakan pengunduran diri akan mengikuti perintah peta jalan transisi yang pertama kali dilaporkan akhir bulan lalu.
Perdana Menteri Tunisia pada Rabu (23/10) berusaha meyakinkan oposisi bahwa pemerintah masih berniat mengundurkan diri, begitu negara itu menuntaskan perundingan yang bertujuan membentuk pemerintahan sementara.
Perdana Menteri Ali Larayedh berbicara di Tunis, dan mengatakan pengunduran diri akan mengikuti perintah peta jalan transisi yang pertama kali dilaporkan akhir bulan lalu.
Menjelang pidato perdana menteri itu, ribuan orang di ibukota melancarkan protes pada ulang tahun kedua pemilu yang membawa Larayedh dari partai Islamis Ennahda yang moderat ke kekuasaan.
Penyelenggara protes kepada wartawan mengatakan demonstrasi Rabu itu untuk kembali menekan pemerintah agar menepati janji sebelumnya untuk mengundurkan diri.
September lalu, serikat buruh Tunisia UGTT, yang telah menengahi pembicaraan antara pemerintah dan oposisi, mengatakan partai yang berkuasa sepakat untuk tiga minggu perundingan, sebelum membentuk pemerintahan transisi dan akhirnya melaksanakan pemilihan umum.
Partai Ennahda memenangi pemilihan 2011 setelah Presiden Zine el-Abidine Ben Ali terguling dalam pemberontakan rakyat awal tahun itu. Tetapi sejak itu menghadapi protes massa yang dipimpin kelompok oposisi sekuler yang menuduh partai itu hendak memberlakukan agenda Islamis di salah satu negara paling sekuler di dunia Muslim tersebut.
Sementara itu, ekonomi Tunisia mandek dan pemerintah Larayedh menghadapi serangan militan terkait al-Qaida, yang meningkat, termasuk baku tembak pada Rabu antara polisi dan Islamis di selatan negara itu yang bermasalah. Setidaknya enam polisi dan dua Islamis dilaporkan tewas dalam bentrokan tersebut.
Perdana Menteri Ali Larayedh berbicara di Tunis, dan mengatakan pengunduran diri akan mengikuti perintah peta jalan transisi yang pertama kali dilaporkan akhir bulan lalu.
Menjelang pidato perdana menteri itu, ribuan orang di ibukota melancarkan protes pada ulang tahun kedua pemilu yang membawa Larayedh dari partai Islamis Ennahda yang moderat ke kekuasaan.
Penyelenggara protes kepada wartawan mengatakan demonstrasi Rabu itu untuk kembali menekan pemerintah agar menepati janji sebelumnya untuk mengundurkan diri.
September lalu, serikat buruh Tunisia UGTT, yang telah menengahi pembicaraan antara pemerintah dan oposisi, mengatakan partai yang berkuasa sepakat untuk tiga minggu perundingan, sebelum membentuk pemerintahan transisi dan akhirnya melaksanakan pemilihan umum.
Partai Ennahda memenangi pemilihan 2011 setelah Presiden Zine el-Abidine Ben Ali terguling dalam pemberontakan rakyat awal tahun itu. Tetapi sejak itu menghadapi protes massa yang dipimpin kelompok oposisi sekuler yang menuduh partai itu hendak memberlakukan agenda Islamis di salah satu negara paling sekuler di dunia Muslim tersebut.
Sementara itu, ekonomi Tunisia mandek dan pemerintah Larayedh menghadapi serangan militan terkait al-Qaida, yang meningkat, termasuk baku tembak pada Rabu antara polisi dan Islamis di selatan negara itu yang bermasalah. Setidaknya enam polisi dan dua Islamis dilaporkan tewas dalam bentrokan tersebut.