Polisi Selidiki ‘Pembelian’ Gelar Kehormatan Inggris Berkedok Sumbangan

Salah satu badan amal Pangeran Charles diduga terlibat "jual-beli" gelar kehormatan kerajaan Inggris (foto: dok).

Polisi London luncurkan penyelidikan atas tuduhan bahwa orang-orang terkait salah satu badan amal Pangeran Charles menawarkan bantuan kepada seorang miliarder Saudi agar ia mendapat gelar kehormatan dan kewarganegaraan Inggris. Tawaran diberikan sebagai imbalan atas sumbangannya bagi badan amal itu.

Penyelidikan dilakukan setelah media Inggris, Times of London, menerbitkan laporan berseri bahwa seorang ajudan lama Pangeran Charles membantu seorang warga Saudi menerima gelar ksatria dan kewarganegaraan Inggris. Ia menerima dua kehormatan tersebut setelah menyumbang $2 juta.

Polisi Metropolitan Inggris Rabu (16/2) memutuskan untuk membuka penyelidikan resmi setelah mempelajari laporan itu, mengkaji temuan penyelidikan yang dilakukan Yayasan Pangeran dan mempelajari dokumen yang disediakan oleh yayasan. Tidak ada yang ditangkap, kata polisi dalam pernyataan.

Kantor Charles, Clarence House, mengatakan tidak ada bukti yang mendukung tuduhan itu. "Pangeran Wales tidak tahu soal tuduhan itu, bahwa ada tawaran pemberian gelar kehormatan atau kewarganegaraan dengan imbalan sumbangan untuk badan amalnya," kata Clarence House.

BACA JUGA: Ratu Elizabeth Dukung Rencana Beri Gelar 'Ratu' bagi Camilla

Penyelidikan yang dilakukan Yayasan Pangeran Charles berfokus pada pelestarian Dumfries House, perkebunan abad ke-18 di Skotlandia. Hasil penyelidikan menunjukkan bukti komunikasi dan koordinasi antara kepala eksekutif badan amal ketika itu dan "pemecah masalah" yang berusaha mendapatkan gelar bagi donor. Peristiwa itu terjadi dari 2014 hingga 2018, dan pria yang menjadi pusat tuduhan itu mengundurkan diri tahun lalu.

Kasus yang mengaitkan Pangeran Charles itu semakin menarik perhatian dunia pada masalah yang merundung kerajaan Inggris. Sebelumnya diberitakan tentang kasus yang melibatkan Pangeran Andrew.

Bill Gates (kiri) berbicara dengan Pangeran Andrew dan Pangeran Charles pada sebuah konferensi tentang Malaria di London 18 April 2018 (foto: dok).

Adik Charles itu dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap Virginia Giuffre ketika ia berusia 17 tahun. Andrew setuju untuk menyelesaikannya dengan memberi sumbangan besar untuk badan amal penuduhnya. Selain sumbangan yang dirahasiakan jumlahnya, Andrew dikatakan mengakui bahwa Giuffre, 38, telah menderita sebagai korban pelecehan.

Seorang penulis biografi kerajaan, Angela Levin, meramalkan bahwa krisis seputar Andrew akan terus "membayangi" keluarga Kerajaan Inggris hingga akhir tahun dan mungkin hingga 2023. Berbicara kepada stasiun TV Sky News, Levin menilai tindakan Andrew "memalukan." Sebelumnya Andrew mengklaim belum pernah bertemu Giuffre tetapi kemudian mengakuinya.

"Menurut saya Ratu akan memintanya diam dan mengatakan, 'Saya tidak bisa membiarkan ini terus membayangi sampai akhir tahun. Saya tidak ingin Anda merusak perayaan platinum. Saya satu-satunya ratu yang bertakhta 70 tahun. Anda harus menyelesaikan isu ini," kata Levin.

Your browser doesn’t support HTML5

Polisi Selidiki ‘Pembelian’ Gelar Kehormatan Inggris Berkedok Sumbangan

Lisa Bloom, pengacara yang mewakili sejumlah korban Jeffrey Epstein mengatakan Selasa (15/2) bahwa penyelesaian kasus Virginia Giuffre oleh Pangeran Andrew adalah "kemenangan besar."

Kepada Sky News, Bloom mengatakan, "Tidak diragukan lagi bahwa ini sangat tidak menyenangkan baginya, bahwa dia perlu menyelesaikan dan meninggalkannya. Dan itu jelas merupakan hasil terbaik untuknya."

Namun, Angela Levin memperingatkan, karena Giuffre masih memiliki kebebasan untuk menceritakan kisahnya dan Pangeran Andrew tidak dapat "menyerangnya" lagi, publisitas buruk akan terus muncul untuk keluarga kerajaan. [ka/jm]