Ilham Tohti, profesor ekonomi di Universitas Central for Nationalities di Beijing, diciduk polisi dalam penggerebekan di rumahnya, Rabu (15/1).
Kepolisian China telah menahan seorang profesor yang lantang mengecam kebijakan keras pemerintah terhadap kelompok Muslim Uighur di bagian barat China. Ilham Tohti, profesor ekonomi di Universitas Central for Nationalities di Beijing yang berasal dari Uighur, diciduk polisi dalam penggerebekan di rumahnya Rabu (15/1).
Informasi ini disampaikan oleh isteri Tohti, yang mengatakan polisi juga menyita telepon dan peralatan komputer dari rumahnya.
Polisi belum menanggapi mengenai setiap tuduhan terhadap Tohti, yang telah ditahan atau diganggu beberapa kali sebelumnya karena komentar-komentarnya.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan hari Kamis (16/1) bahwa Tohti ditahan "karena dicurigai melakukan kejahatan dan melanggar hukum." Kementerian itu tidak memberikan keterang lebih lanjut.
Pria berusia 45 tahun itu mengatakan kepada VOA November bahwa polisi berpakaian preman menabrak mobilnya, mengambil teleponnya, dan mengancam akan membunuhnya karena komentarnya kepada media.
Ia sering melontarkan kecaman terhadap apa yang ia anggap sebagai kebijakan keras China di daerah Xinjiang, China barat, dimana Beijing mengatakan mereka sedang memerangi kaum separatis yang didukung pihak asing.
Informasi ini disampaikan oleh isteri Tohti, yang mengatakan polisi juga menyita telepon dan peralatan komputer dari rumahnya.
Polisi belum menanggapi mengenai setiap tuduhan terhadap Tohti, yang telah ditahan atau diganggu beberapa kali sebelumnya karena komentar-komentarnya.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan hari Kamis (16/1) bahwa Tohti ditahan "karena dicurigai melakukan kejahatan dan melanggar hukum." Kementerian itu tidak memberikan keterang lebih lanjut.
Pria berusia 45 tahun itu mengatakan kepada VOA November bahwa polisi berpakaian preman menabrak mobilnya, mengambil teleponnya, dan mengancam akan membunuhnya karena komentarnya kepada media.
Ia sering melontarkan kecaman terhadap apa yang ia anggap sebagai kebijakan keras China di daerah Xinjiang, China barat, dimana Beijing mengatakan mereka sedang memerangi kaum separatis yang didukung pihak asing.