Polisi antihuru-hara di Paris menembakkan gas air mata ke arah pengunjuk rasa ketika demonstrasi dan aksi mogok kerja massal menentang reformasi kebijakan pensiun yang tidak populer berlangsung di seantero Prancis hari Selasa (28/3).
Kekhawatiran bahwa aksi kekerasan dapat menodai aksi protes massal itu mendorong apa yang digambarkan Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin sebagai penerjunan 13.000 aparat yang belum pernah dilakukan sebelumnya – hampir separuhnya dipusatkan di ibu kota Prancis.
Gelombang unjuk rasa itu menandai kesepuluh kalinya serikat-serikat kerja di Prancis menyerukan aksi mogok kerja dan ikut berdemonstrasi membanjiri jalanan Prancis menentang perubahan kebijakan pensiun yang diajukan Presiden Emmanuel Macron sejak Januari. Reformasi itu mengubah usia pensiun dari 62 menjadi 64 tahun.
BACA JUGA: Iran Kecam Prancis atas 'Penindasan' terhadap Aksi-aksi ProtesPemerintah Macron berpendapat bahwa sistem pensiun Prancis akan mengalami defisit tanpa dilakukannya reformasi, karena tingkat kelahiran yang lebih rendah dan tingkat harapan hidup yang semakin panjang di banyak negara kaya.
Lawan Macron mengatakan, dana tambahan untuk pensiun dapat diperoleh dari sumber-sumber lain, tanpa harus membuat para pekerja menunggu pensiun lebih lama.
Selasa pagi, unjuk rasa itu berlangsung damai, dengan jumlah demonstran yang besar di berbagai kota. Sementara para pekerja yang mogok menghalangi sementara akses ke stasiun kereta Gare de Lyon, Paris dengan melakukan aksi pawai di sepanjang jalur kereta. [rd/jm]