Polri dan BIN diminta menyelidiki video SARA berisi ancaman untuk etnis tertentu, karena akan juga mencederai Pilkada Jakarta.
Menjelang pemilihan kepala daerah DKI Jakarta putaran kedua, telah beredar sebuah video yang sarat dengan isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) di Internet. Pemerintah telah menginstruksikan polisi dan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk menyelidiki masalah ini.
Menteri Koordiantor bidang Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto di Jakarta Kamis (23/8) mengatakan saat ini aparat keamanan sedang berupaya mengungkap siapa pembuat video dan siapa yang mengedarkannya di situs Youtube, termasuk motif dari pelaku. Djoko juga telah meminta Menteri Komunikasi dan Informasi untuk memblokir video tersebut, karena juga mencederai proses demokrasi dalam Pilkada DKI Jakarta putaran kedua September mendatang.
“Kepada aparat keamanan telah saya instruksikan untuk melakukan tindakan-tindakan antisipasi. Melakukan tindakan-tindakan preventif, apabila dampak dari tayangan video yang diunggah tersebut sudah ada di masyarakat. Kepada Menteri Komunikasi dan Informasi telah saya sampaikan dan instruksikan dengan kewenangan dan peralatan yang ada untuk segera menghentikan video rekaman yang diunggah di Youtube tersebut. Karena sangat tidak bermanfaat, sangat tidak baik, karena ini mencederai keanekaragaman kita. Mencederai proses demokrasi kita. Dan mencederai proses pilkada yang ada sekarang ini,” ujarnya.
Video bernuansa SARA berjudul 'Koboy Cina Pimpin Jakarta itu,' diunggah pada 12 Agustus 2012, yang berisi ancaman agar etnis tertentu tidak menggunakan hak pilih mereka pada pilkada DKI putaran kedua 20 September nanti. Dalam video itu ditampilkan seorang narator dengan wajah disamarkan, membacakan ancaman dengan latar belakang rekaman peristiwa kerusuhan 1998.
Ketua Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) DKI Jakarta Ramdansyah Kepada VoA mengatakan video tersebut potensinya lebih ke ranah pidana umum.
“Kita mesti dapat dulu bukti siapa yang mengunggahnya. Panwaslu DKI meminta kepada aparat kepolisian dalam hal ini Polda Metro Jaya untuk melacak siapa pelaku yang meng-upload video ini,” ujarnya.
Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Timur Pradopo mengaku polisi masih menyelidiki kasus ini dan belum menemukan pelaku pengunggah video itu.
Menanggapi maraknya isu bernuansa SARA dalam Pilkada DKI Jakarta ini, budayawan Benny Susetyo yakin rakyat Indonesia khususnya Jakarta sangat cerdas dan kritis serta tidak akan terpengaruh dengan maraknya issue-issue SARA.
“Saya rasa, isu video SARA dan ancaman-ancaman itu tidak membuat rakyat itu semakin takut, tetapi justru sebaliknya malah membuat tidak simpatik. Karena rakyat itu sudah menentukan pilihannya ingin perubahan, dan pilihan itu tidak bisa dihalangi dengan isu apapun,” ujarnya.
Menteri Koordiantor bidang Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto di Jakarta Kamis (23/8) mengatakan saat ini aparat keamanan sedang berupaya mengungkap siapa pembuat video dan siapa yang mengedarkannya di situs Youtube, termasuk motif dari pelaku. Djoko juga telah meminta Menteri Komunikasi dan Informasi untuk memblokir video tersebut, karena juga mencederai proses demokrasi dalam Pilkada DKI Jakarta putaran kedua September mendatang.
“Kepada aparat keamanan telah saya instruksikan untuk melakukan tindakan-tindakan antisipasi. Melakukan tindakan-tindakan preventif, apabila dampak dari tayangan video yang diunggah tersebut sudah ada di masyarakat. Kepada Menteri Komunikasi dan Informasi telah saya sampaikan dan instruksikan dengan kewenangan dan peralatan yang ada untuk segera menghentikan video rekaman yang diunggah di Youtube tersebut. Karena sangat tidak bermanfaat, sangat tidak baik, karena ini mencederai keanekaragaman kita. Mencederai proses demokrasi kita. Dan mencederai proses pilkada yang ada sekarang ini,” ujarnya.
Video bernuansa SARA berjudul 'Koboy Cina Pimpin Jakarta itu,' diunggah pada 12 Agustus 2012, yang berisi ancaman agar etnis tertentu tidak menggunakan hak pilih mereka pada pilkada DKI putaran kedua 20 September nanti. Dalam video itu ditampilkan seorang narator dengan wajah disamarkan, membacakan ancaman dengan latar belakang rekaman peristiwa kerusuhan 1998.
Ketua Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) DKI Jakarta Ramdansyah Kepada VoA mengatakan video tersebut potensinya lebih ke ranah pidana umum.
“Kita mesti dapat dulu bukti siapa yang mengunggahnya. Panwaslu DKI meminta kepada aparat kepolisian dalam hal ini Polda Metro Jaya untuk melacak siapa pelaku yang meng-upload video ini,” ujarnya.
Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Timur Pradopo mengaku polisi masih menyelidiki kasus ini dan belum menemukan pelaku pengunggah video itu.
Menanggapi maraknya isu bernuansa SARA dalam Pilkada DKI Jakarta ini, budayawan Benny Susetyo yakin rakyat Indonesia khususnya Jakarta sangat cerdas dan kritis serta tidak akan terpengaruh dengan maraknya issue-issue SARA.
“Saya rasa, isu video SARA dan ancaman-ancaman itu tidak membuat rakyat itu semakin takut, tetapi justru sebaliknya malah membuat tidak simpatik. Karena rakyat itu sudah menentukan pilihannya ingin perubahan, dan pilihan itu tidak bisa dihalangi dengan isu apapun,” ujarnya.