Polri Selidiki Kematian Saksi Kasus Perbudakan

  • Associated Press

Para nelayan Myanmar mengangkat tangan mereka saat ditanya siapa yang ingin pulang, di pulau Benjina, Kepulauan Aru, Maluku (3/4). (AP/Dita Alangkara)

Saksi kunci kasus mengenai penggunaan buruh paksa oleh kapal-kapal pemukat yang dikelola warga Thailand di Kepulauan Maluku, ditemukan mati karena serangan jantung di sebuah hotel di Jakarta.

Kepolisian Indonesia sedang menyelidiki kematian seorang pejabat lokal di Kementerian Perikanan dan Maritim untuk melihat apakah hal itu terkait dengan investigasi perbudakan di desa pulau Benjina di Indonesia bagian timur, menurut seorang pejabat pemerintahan Rabu (22/4).

Jenazah Yoseph Sairlela ditemukan Sabtu lalu di sebuah hotel di Jakarta, menurut Asep Burhanudin, direktur jenderal sumber daya laut dan perikanan.

Meski ada luka di sisi wajah korban dan memar di dahinya, pemeriksaan awal menunjukkan bahwa hal tersebut bukan merupakan sebab kematian dan Yoseph meninggal karena serangan jantung, ujar Asep. Ia menambahkan bahwa mereka masih menunggu hasil otopsi dan investigai polisi sedang berlanjut.

Sementara itu, Menteri Susi Pudjiastuti telah meluncurkan sebuah investigasi internal pada kasus tersebut, ujarnya, menambahkan bahwa Yoseph seharusnya menjadi saksi kunci kasus mengenai penggunaan buruh paksa oleh kapal-kapal pemukat yang dikelola warga Thailand di Kepulauan Maluku.

Situasi seputar kematian pria berusia 51 tahun itu masih belum jelas Rabu.

Asep mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa korban bertemu dengan seseorang yang tidak teridentifikasi di Surabaya Kamis lalu dan pergi ke Jakarta esoknya untuk membeli suku cadang untuk kapal cepat kementerian di pulau Dobo, sekitar 90 menit dari Benjina lewat laut.

Yoseph bertemu putrinya beberapa jam sebelum kematiannya, menurut Asep, dan sang putri melaporkan bahwa ayahnya "terlihat tidak sehat dan kembali ke hotel." Ia tidak menyebutkan tentang luka.

Putrinya kemudian mengetahui segera bahwa sang ayah dalam "kondisi kritis" dan telah dilarikan ke rumah sakit, ujar Asep.

Menteri Susi mendesak investigasi lebih jauh karena kaitan-kaitan korban dengan dugaan-dugaan - pertama kali diterbitkan kantor berita The Associated Press - bahwa ratusan pria dari Myanmar, Kamboja, Laos dan daerah-daerah miskin di Thailand dipaksa bekerja di kapal pemukat sekitar Benjina untuk upah kecil atau tidak berupah sama sekali.

Beberapa pria dikurung dalam kandang. Banyak yang mengeluhkan waktu kerja 20-22 jam per hari, mengatakan mereka dipukuli jika kedapatan beristirahat atau berleha-leha karena sakit.

Sebagian besar pekerja mengatakan mereka dibawa ke Indonesia timur dari Thailand, beberapa setelah diperdaya atau dijual.

Investigasi AP menemukan bahwa ikan-ikan yang mereka tangkap memasuki rantai pasokan makanan laut global.

Setelah mengunjungi Benjina awal bulan ini, kementerian telah mengevakuasi lebih dari 300 pria ke pulau lain di Maluku, Tual, dengan mengatakan mereka tidak aman.