Prancis dan Jerman, Rabu (1/9) mendesak Iran untuk segera kembali ke perundingan nuklir, setelah jeda dalam pembicaraan menyusul pemilu di Iran pada Juni. Paris menuntut perundingan "segera" dimulai kembali di tengah kekhawatiran Barat atas perluasan upaya nuklir Teheran.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan kepada rekannya yang baru diangkat dari Iran, Hossein Amirabdollahian melalui telepon mengatakan penting bagi Teheran untuk kembali ke perundingan, kata kementerian luar negeri Prancis dalam sebuah pernyataan.
Putaran keenam pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan Washington ditunda pada Juni setelah penganut garis keras Ebrahim Raisi, terpilih sebagai presiden Iran. Raisi mulai menjabat pada 5 Agustus.
BACA JUGA: PBB: Korea Utara Terus Kembangkan NuklirSejak April, Iran dan enam kekuatan dunia telah mengupayakan agar Teheran dan Washington bisa kembali pada pernjanjian nuklir itu, yang ditinggalkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi keras terhadap Teheran.
"Menteri (Menlu Prancis, red.) menggarisbawahi pentingnya dan urgensi segera dimulainya kembali negosiasi ," kata Kementerian Luar Negeri Prancis setelah percakapan antara Le Drian dan menteri luar negeri Iran.
BACA JUGA: Parlemen Iran Setujui Sebagian Besar Kabinet BaruLe Drian mengulangi keprihatinannya sehubungan dengan semua kegiatan nuklir yang dilakukan oleh Iran yang melanggar kesepakatan nuklir 2015 dengan kekuatan dunia. Iran secara bertahap melanggar batasan dalam perjanjian sejak Washington meninggalkan perjanjian nuklir itu pada 2018.
Putaran pembicaraan berikutnya belum dijadwalkan.
Dua pejabat senior Iran kepada Reuters pada bulan Juli mengatakan Raisi berencana untuk mengadopsi "sikap yang lebih keras" dalam perundingan.
Amirabdollahian hari Senin (30/8) mengatakan pembicaraan kesepakatan nuklir mungkin dilanjutkan dalam "dua hingga tiga bulan", meskipun belum jelas apakah kerangka waktu itu dimulai dari sekarang atau ketika pemerintahan baru mengambil alih bulan lalu.
Jerman sebelumnya juga meningkatkan tekanan pada Teheran yang memintanya untuk melanjutkan pembicaraan "sesegera mungkin".
"Kita siap untuk melakukannya, tetapi kerangka waktu tidak akan terbuka tanpa batas ," kata seorang juru bicara kementerian Jerman dalam sebuah pengarahan.
Bulan lalu, Prancis, Jerman, dan Inggris menyuarakan keprihatinan serius tentang laporan dari pengawas nuklir PBB yang mengonfirmasi bahwa Iran telah memproduksi logam uranium yang diperkaya hingga 20% kemurnian fisil untuk pertama kalinya dan meningkatkan kapasitas produksi uranium yang diperkaya menjadi 60%. Iran membantah mengupayakan senjata nuklir. [my/jm]