Prasasti Bertuliskan Huruf Sunda Kuno Ditemukan di Bandung

  • R.Teja Wulan

Batu prasasti yang ditemukan di Cikapundung, Bandung (9 Oktober 2010).

Selain dua baris kalimat dengan huruf Sunda kuno, pada prasasti itu juga terdapat gambar telapak tangan, telapak kaki, dan wajah.

Sebuah batu prasasti ditemukan warga di sekitar sungai Cikapundung Bandung hari Jumat (8 Oktober). Batu prasasti bertuliskan huruf Sunda kuno tersebut diperkirakan berasal dari abad ke-14. Selain huruf Sunda kuno, pada prasasti itu juga terdapat gambar telapak tangan, telapak kaki, dan wajah. Hingga kini para peneliti dari Balai Arkeologi masih meneliti batu prasasti tersebut.

Batu prasasti yang ditemukan tersebut berukuran panjang 178 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 55 cm. Pada prasasti itu terdapat gambar telapak tangan, telapak kaki, wajah, dan dua baris huruf Sunda kuno bertuliskan “unggal jagat jalmah hendap”, yang artinya semua manusia di dunia akan mengalami sesuatu. Peneliti utama Balai Arkeologi Bandung, Lutfi Yondri mengungkapkan, prasasti yang ditemukan tersebut dinamakan Prasasti Cikapundung.

“Ini merupakan satu temuan baru untuk di kawasan Bandung dari masa klasik, terutama ini juga terkait dengan (kerajaan) Padjadjaran. Kita bersepakat untuk menamakan prasasti ini dengan Prasasti Cikapundung, karena beberapa temuan sebelumnya ini sangat khas. Beberapa ahli juga menemukan beberapa arca di sekitar Cikapundung yang berbeda dengan arca-arca klasik yang lainnya, dan disebut dengan Arca Cikapundung,” ungkap Luthfi Yondri.

Menurut Luthfie, tulisan Sunda kuno yang terdapat pada prasasti itu mengandung makna tersendiri. Hal itu juga dapat dilihat dari gambar telapak kaki yang ada pada prasasti tersebut.

“Telapak-telapak kaki ini juga kita temukan di beberapa situs di Jawa Barat. Ini umum ditafsirkan oleh para ahli, ini merupakan lambang dari penguasa. Atau ini juga melambangkan hegemoni, daerah kekuasaan dari raja itu,” jelas Luthfie Yondri.

Pada prasasti terdapat dua baris tulisan Sunda kuno, gambar telapak tangan, telapak kaki, dan wajah.

Sementara itu, peneliti madya dari Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Jawa Barat, Nandang Rusnandar mengungkapkan dilihat dari bentuknya aksara yang terdapat dalam Prasasti Cikapundung itu berasal dari abad ke-14.

“Kalau kita lihat dari bentuk aksaranya, ini abad ke-14. Biasanya sejarah ini muncul pada waktu kerajaan-kerajaan itu sendiri. Nah, ini perlu penelitian yang lebih lanjut, karena ini hanya untuk sementara pembacaan. Harus dibandingkan dengan bentuk-bentuk aksara yang ada,” ungkap Nandang Rusmandar.

Oong Rusmana, warga yang menemukan prasasti di sekitar sungai Cikapundung mengatakan ia tidak mengetahui bahwa batu yang ditemukannya adalah sebuah prasasti yang merupakan benda bersejarah.

“Jadi bapak mah nggak tahu, nggak peduli sama sekali. Juga nggak tahu artinya apa batu, nggak tahu. Untuk apa ada tulisan-tulisan kayak gini, dimengerti juga nggak. Kalau bahasa Indonesia atau bahasa Arab mah bapak bisa baca, gitu..” kata Oong Rusmana.

Sebelumnya sejumlah peninggalan bersejarah juga di kota Bandung. Berdasarkan sejarah berabad-abad silam di kota Bandung, khususnya di sepanjang aliran sungai Cikapundung, terdapat beberapa kerajaan. Salah satunya adalah kerajaan Padjadjaran. Maka tak heran, di sekitar sungai Cikapundung beberapa kali ditemukan benda bersejarah, seperti arca Padjadjaran atau arca Cikapundung, arca Durga, dan yang terakhir prasasti Cikapundung ini. Menurut para peneliti berbagai peninggalan bersejarah tersebut berasal dari jaman paleolitikum, neolitikum, hingga jaman kolonial Belanda.