Presiden baru Sri Lanka Anura Kumara Dissanayake membubarkan Parlemen pada Selasa (24/9) malam dan menyerukan pemilihan umum dalam waktu kurang dari tiga minggu dalam upaya untuk mengonsolidasikan kekuasaan setelah kemenangannya dalam pemilihan umum pada akhir pekan.
Pemberitahuan pemerintah mengatakan bahwa Parlemen dibubarkan mulai tengah malam pada Selasa, dan pemilihan umum parlemen ditetapkan pada 14 November. Langkah tersebut sudah diperkirakan, karena Dissanayake telah berjanji untuk melakukannya selama kampanye pemilihannya.
Partai Dissanayake hanya memiliki tiga kursi di Parlemen yang beranggotakan 225 orang dan pemilihan umum dini dapat membantunya menguasai majelis tersebut sementara peringkat persetujuannya tetap utuh setelah kemenangannya dalam pemungutan suara pada Sabtu (21/9).
Pembubaran tersebut terjadi beberapa jam setelah Dissanayake melantik seorang anggota parlemen perempuan dalam koalisinya sebagai perdana menteri, menjadikannya perempuan pertama di negara itu yang memimpin pemerintahan dalam 24 tahun.
Harini Amarasuriya, 54, seorang dosen dan aktivis universitas, memiliki latar belakang yang sama dengan Dissanayake dan keduanya adalah anggota koalisi Kekuatan Rakyat Nasional yang condong ke Marxis, yang tetap menjadi oposisi di Parlemen.
Kemenangannya dalam pemilihan hari Sabtu atas mantan Presiden Ranil Wickremesinghe dan pemimpin oposisi Sajith Premadasa terjadi saat rakyat Sri Lanka menolak pengawal politik lama yang mereka salahkan karena mendorong negara itu ke dalam krisis ekonomi terburuk dibanding kapan pun sebelumnya.
Perempuan terakhir yang menjabat sebagai perdana menteri, posisi paling berkuasa kedua setelah presiden, adalah Sirimavo Bandaranaike. Ia juga merupakan kepala pemerintahan wanita pertama di dunia saat ia memangku jabatan tersebut pada tahun 1960, dan menjabat tiga periode hingga tahun 2000. [lt/jm]