Presiden AS Joe Biden akan bertolak ke Israel pada Rabu (18/10), sementara krisis kemanusiaan kian besar di Jalur Gaza menjelang invasi darat yang diperkirakan akan dilakukan pasukan Israel.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby memberitahu wartawan bahwa Biden akan mengunjungi Tel Aviv sebelum ke Yordania di mana ia akan bertemu dengan Raja Abdullah, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi dan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas.
Gedung Putih mengatakan Biden akan menegaskan lagi bahwa kelompok militan Hamas tidak membela hak rakyat Palestina atas martabat dan penentuan nasib sendiri, serta akan membahas kebutuhan kemanusiaan bagi warga sipil di Gaza.
"Presiden akan mendengar dari Israel bagaimana negara itu melancarkan operasinya dengan cara yang meminimalkan korban warga sipil dan memungkinkan bantuan kemanusiaan mengalir ke warga sipil di Gaza dengan cara yang tidak menguntungkan Hamas,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken seusai pertemuan dengan PM Israel Benjamin Netanyahu.
Blinken mengatakan AS dan Israel sepakat untuk mengembangkan sebuah rencana “yang akan memungkinkan bantuan kemanusiaan dari negara-negara donor dan berbagai organisasi multilateral menjangkau warga sipil di Gaza dan untuk mereka saja.”
Israel dalam beberapa hari belakangan telah memerintah warga sipil Palestina yang tinggal di bagian utara Gaza untuk menuju bagian selatan wilayah itu di pesisir Laut Tengah, dan sekitar 600 ribu orang dengan mobil dan berjalan kaki telah mematuhi permintaan Israel itu.
Tetapi pasukan Israel telah melanjutkan serangan udara ke Gaza Selatan, termasuk pada Selasa pagi, bersama-sama dengan serangan dengan target Hamas di bagian Utara.
Kementerian Dalam Negeri Gaza mengatakan bahwa sedikitnya 72 orang tewas, dan puluhan lainnya luka-luka dalam serangan terhadap bangunan-bangunan permukiman di kota Khan Younis dan Rafah, pos perbatasan dengan Mesir yang ditutup. Militer Israel mengatakan pihaknya menyerang target-target Hamas.
Krisis kemanusiaan berkembang semakin buruk di Gaza. Israel telah memblokir kebutuhan dasar menjangkau wilayah itu. Listrik terbatas dan pasokan makanan serta air menipis, sementara rumah sakit-rumah sakit menyatakan mereka mengalami kesulitan untuk merawat mereka yang cedera.
Blinken mengatakan penting sekali untuk sesegera mungkin mulai mengirimkan bantuan ke Gaza, tetapi ia menyatakan kekhawatiran bahwa militan Hamas mungkin akan berupaya untuk merebut bantuan atau menghalangi pendistribusiannya.
BACA JUGA: 'Ini Masalah Pribadi': Gedung Putih Diguncang Serangan Hamas di IsraelMenteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan, Selasa (17/10) mengatakan Turki telah mengadakan pembicaraan dengan para petinggi Hamas mengenai pembebasan hampir 200 orang yang disandera kelompok militan itu.
Fidan mengatakan banyak negara telah meminta Turki untuk membantu membebaskan warga negara mereka. Pernyataannya muncul sehari setelah ia berbicara dengan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.
Krisis Kemanusiaan Serius
Warga Palestina di Gaza tidak mendapatkan listrik dan berada di bawah pengepungan total Israel tanpa ada makanan, bahan bakar atau air yang diizinkan memasuki wilayah yang dikuasai Hamas sejak 9 Oktober. Israel mengatakan blokade itu diberlakukan sebagai tanggapan atas serangan teroris Hamas yang diluncurkan di kota-kota Israel pada 7 Oktober yang menewaskan lebih dari 1.400 warga Israel. Hampir 200 lainnya disandera oleh kelompok teror itu.
Israel telah mengerahkan 300 ribu tentara di perbatasan Gaza, siap untuk kemungkinan invasi darat, karena telah bertekad untuk memusnahkan Hamas.
Pasukan Israel telah menghantam Gaza dengan serangan udara sejak serangan Hamas itu, menewaskan lebih dari 2.800 orang dan mencederai sedikitnya 10 ribu lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Sementara ratusan ribu warga Gaza telah pindah ke bagian selatan wilayah itu, Raja Abdullah Selasa memperingatkan bahwa mendorong pengungsi Palestina ke Yordania atau Mesir bukanlah pilihan, seraya menyerukan dilakukannya semua tindakan yang diperlukan untuk mencegah eskalasi lebih lanjut konflik antara Israel dan warga Palestina.
“Ini adalah situasi yang harus ditangani di dalam Gaza dan Tepi Barat,” ujarnya. “Dan Anda tidak boleh memindahkan beban ini ke pihak lain.” [uh/ab]