Presiden China Kunjungi Pusat Perebakan Wabah Corona di Wuhan

Presiden China Xi Jinping saat meninjau Rumah Sakit Huoshenshan di Wuhan, rovinsi Hubei, China, 10 Maret 2020.

Presiden China Xi Jinping, Selasa (10/3) mengunjungi kota Wuhan. Ini adalah kunjungan pertamanya sejak kawasan itu menjadi pusat perebakan wabah virus corona yang telah menjangkiti lebih dari 80 ribu orang dan menewaskan 3.100 orang di China.

Media pemerintah China menyebutkan Xi dijadwalkan mengunjungi para petugas medis dan pasien, serta meninjau upaya-upaya mengatasi wabah.

Kunjungannya berlangsung sementara para pejabat kesehatan melaporkan 19 kasus baru hari Selasa. Angka tersebut menunjukkan terus berlanjutnya kecenderungan penularan yang semakin berkurang di China, sementara virus tersebut menyebar dengan lebih cepat di negara-negara lainnya. Sekitar 70 persen pasien di China telah pulih.

Sebagian dari respons China terhadap wabah virus ini adalah menutup wilayah-wilayah yang luas dalam upaya mencegah virus tersebut menyebar pada pertemuan-pertemuan besar, atau di antara para wisatawan yang bepergian ke daerah-daerah lain di negara itu.

Italia kini menerapkan strategi serupa setelah menjadi salah satu tempat perebakan terbesar di luar China, dengan lebih dari 9.000 pasien terjangkit dan 460 pasien meninggal.

Pemerintah Italia pada mulanya memberlakukan pembatasan di bagian utara negara itu. Tetapi pada hari Selasa, pembatasan perjalanan mulai diberlakukan ke seluruh wilayah negara berpenduduk 60 juta orang itu.

BACA JUGA: Korban Tewas akibat Corona Melonjak, Italia Mulai Tutup Akses

PM Giuseppe Conte mengatakan dalam pidato di televisi hari Senin malam bahwa singkat kata, langkah-langkah karantina itu berarti warga tinggal di rumah saja. “Kebiasaan kita harus berubah,” kata Conte. “Mereka perlu berubah sekarang.”

Senin pagi, pemimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan virus corona telah mendapat pijakan di banyak negara sehingga “ancaman pandemi telah menjadi sangat nyata.”

Tetapi Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan optimismenya, dengan mengatakan “ini akan menjadi pandemi pertama dalam sejarah yang dapat dikendalikan.”

Tedros mengatakan bahwa dengan “tindakan awal yang tegas,” para pemimpin dunia dapat memperlambat penyebaran penyakit itu dan mencegah penularannya. Ia mengatakan “mereka yang tertular, sebagian besar akan pulih.”

BACA JUGA: WHO: Ancaman Pandemi Virus Corona 'Sangat Nyata'

Di AS, yang memiliki sekitar 600 kasus dan 26 kematian akibat virus corona, beberapa daerah yang dilaporkan memiliki pasien tersebut melarang pertemuan besar. Sejumlah universitas terkemuka, termasuk Stanford, University of Washington dan Ohio State University, hanya menyelenggarakan kelas online.

Empat anggota Kongres mengarantina diri sendiri setelah pada konferensi politik baru-baru ini melakukan kontak dengan seseorang yang dites positif terjangkit. Kepala staf Gedung Putih mendatang Mark Meadows mungkin juga melakukan kontak dan mengisolasi diri hingga hari Rabu.

Presiden Donald Trump, yang berbicara pada konferensi itu dan bertemu dengan beberapa orang yang melakukan kontak langsung dengan orang yang terjangkit corona, belum menjalani tes virus corona.

BACA JUGA: Antisipasi Virus Corona, DPR dan Instansi Pemerintah AS Bersiap Kerja di Rumah

Sekretaris pers Gedung Putih Stephanie Grisham mengemukakan dalam suatu pernyataan pada Senin malam bahwa presiden “tidak memiliki kontak dekat berkepanjangan dengan salah satu pasien terkonfirmasi, juga tidak menunjukkan gejala apapun,” dan bahwa para dokter Gedung Putih akan memantaunya.

Di tempat lain, Iran menyatakan virus corona telah menewaskan 43 orang lagi, membuat mereka yang meninggal karena virus corona di Republik Islam itu bertambah menjadi 237 orang.

BACA JUGA: Perang Melawan Wabah Virus Corona Picu Pembatasan Baru yang Luas

Jerman melaporkan dua kematian pertama di negara itu akibat virus corona. Tetapi Kanselir Angela Merkel memperingatkan agar orang jangan berpikir bahwa sia-sia saja upaya menghentikan penyebaran virus.

Presiden Perancis Emmanuel Macron dan istrinya Brigitte Macron berjalan-jalan sambil bergandengan tangan di jalan Champs-Elysees yang terkenal di Paris sebagai pesan percaya diri, tetapi menjaga jarak aman satu meter dengan orang-orang lainnya. [uh/ab]