Presiden China Xi Jinping sedang melakukan kunjungan kenegaraan yang jarang terjadi ke Prancis, yang dimulai dengan pembicaraan trilateral dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
Menjelang kunjungan Xi, baik von der Leyen maupun Macron telah mengindikasikan bahwa pertemuan tersebut akan berfokus pada pembentukan perdagangan yang adil antara Uni Eropa dan China. Kedua pemimpin mengeluhkan kelebihan produksi yang dilakukan oleh industri-industri yang disubsidi oleh China sehingga membanjiri pasar Eropa dengan barang-barang murah.
Prancis saat ini memegang jabatan presiden bergilir di Dewan Eropa, lembaga yang menentukan arah politik umum dan prioritas Uni Eropa.
Berbicara kepada wartawan setelah pembicaraan tersebut, von der Leyen mengatakan China yang bersikap adil adalah hal yang baik “Bagi kita semua.”
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan “Agar perdagangan menjadi adil, akses terhadap pasar satu sama lain juga harus bersifat timbal balik. Dan kami membahas bagaimana membuat kemajuan nyata dalam akses pasar. Saya tetap yakin bahwa lebih banyak kemajuan dapat dicapai. Pada saat yang sama, kami siap untuk menggunakan sepenuhnya instrumen pertahanan perdagangan kami jika diperlukan.”
Von der Leyen mengatakan mereka juga membahas Rusia dan invasinya ke Ukraina. Dia mengatakan UE juga terus mencari jaminan dari China bahwa mereka tidak akan memberikan senjata apa pun kepada Rusia, serta barang-barang yang dapat digunakan ganda, seperti teknologi yang dapat digunakan sebagai senjata.
Ursula von der Leyen menambahkan “Mengingat sifat eksistensial ancaman yang berasal dari perang ini terhadap Ukraina dan Eropa, hal ini berdampak pada hubungan UE-China.”
Selama dua hari kunjungan Xi di Prancis, Macron akan membawa Xi ke Pyrenees, wilayah pegunungan yang sangat disayangi Presiden Prancis sebagai tempat kelahiran nenek dari pihak ibu, pada Selasa (7/5) sebelum Xi menuju ke Serbia dan Hongaria yang merupakan negara sahabat Rusia. [lt/jm]