Presiden Filipina Ajak ASEAN Tumpas Perdagangan Narkoba

Presiden Filipina Rodrigo Duterte didampingi pasangannya, Honeylet Avancena, menunggu para pemimpin negara-negara anggota ASEAN yang akan menghadiri KTT ke-30 ASEAN di Manila, Filipina, 29 April 2017. (REUTERS/Erik De Castro)

Presiden Filipina Rodrigo Duterte membuka hari terakhir pertemuan puncak ASEAN, hari Sabtu (29/4) dengan mengingatkan bahwa mereka semua sedang menghadapi perdagangan gelap narkoba secara besar-besaran. Ia dengan segera menambahkan, bahwa perdagangan narkoba bukan tidak bisa diterobos dan dapat dibongkar dengan kemauan politik dan kerjasama.

Ia mendesak para pemimpin dari ke-10 negara ASEAN yang berkumpul di Manila, agar bertekad mewujudkan ASEAN yang bebas narkoba.

Pertemuan puncak itu tidak menghasilkan kecaman apapun dari para pemimpin mengenai China atas perluasannya di Laut China Selatan yang disengketakan, yang menurut beberapa analis merupakan satu tanda, adanya pengaruh ekonomi dan diplomatik Beijing.

Para analis dan laporan media sebelumnya pekan ini memperkirakan pernyataan penutup dengan kata-kata yang lunak tanpa menyebut nama negara manapun sebagai pengacau.

"Setiap hal yang menyinggung China, seperti mengingatkan bahwa China kalah dalam keputusan mahkamah arbitrase dunia tanggal 12 Juli mengenai dasar hukum klaim China akan 95 persen Laut China Selatan, akan merupakan provokasi yang tidak perlu,” kata Collin Koh, peneliti keamanan maritim di Universitas Teknologi Nanyang, Singapura.

“Sebagian besar pernyataan yang berhubungan dengan masalah-masalah yang peka seperti Laut China Selatan cenderung bersifat umum dan tidak akan memberi penjelasan yang terperinci, biarpun hanya menggarisbawahi negara tertentu sebagai satu-satunya yang mendapat kritikan dalam pernyataan,” imbuh Koh.

Kengganan mengkritik China menunjukkan dampak perundingan agresif Beijing dengan masing-masing negara Asia Tenggara dan pemberian bantuan ekonomi sejak keputusan arbitrasi tadi. Kegiatan pengawal pantai, pekerjaan reklamasi tanah dan pembangunan pangkalan militer China di wilayah seluas 3,5 juta kilometer persegi itu, sebelumnya telah menimbulkan kecemasan. [gp]