Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in dan delegasi beranggotakan hampir 200 wakil pemerintah, bisnis dan budaya telah menuntaskan hari pertama pembicaraan dalam pertemuan puncak di Pyongyang, Korea Utara. Meskipun ini merupakan pertemuan langsung ke-tiga antara Moon dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada tahun ini, ada beberapa hal pertama lainnya dalam pertemuan puncak antar-Korea itu, jelas juru bicara Korea Selatan Yoon Young-chan.
Yoon mengatakan kepada wartawan bahwa acara hari Selasa (18/9) ini menandai untuk pertama kalinya Kim Jong-un membuka suatu pertemuan puncak di Pyongyang. Band militer, lanjut Yoon, menyambut delegasi Korea Selatan dengan musik yang biasanya digunakan untuk eselon atas dalam kepemimpinan Korea Utara.
Ini juga merupakan yang pertama bagi Moon dan Kim berjalan bersama di karpet merah di Bandara Internasional Sunan Pyongyang dan bagi pemimpin Korea Selatan memeriksa barisan pasukan Korea Utara.
Sesi pertama KTT antar-Korea berlangsung pukul 3.45 sore di kantor pusat Komite Sentral Partai Pekerja Korea Utara.
Fokus utama lawatan Moon ini adalah mencari cara-cara untuk mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea dan menghindari konflik bersenjata antara kedua negara. Prioritas ke-dua adalah “memfasilitasi dialog Korea Utara-Amerika Serikat untuk denuklirisasi.”
Moon mengatakan denuklirisasi Semenanjung Korea tidak dapat dicapai tanpa pembicaraan langsung antara Kim dan Presiden Amerika Donald Trump.
“Saya telah mengukuhkan keinginan sebenarnya dari Ketua Kim Jong-un dan Presiden Trump beberapa kali . Saya yakin isu denuklirisasi dapat mencapai kemajuan dengan pesat apabila kedua pemimpin bertemu dan berbicara lagi.”
BACA JUGA: Kim Jong-un: KTT dengan Trump Ciptakan Stabilitas GeopolitikJuru bicara Yoon Young-chan mengatakan Moon akan menyampaikan hasil diskusi denuklirisasinya dengan Kim langsung ke Presiden Trump dalam sidang Majelis Umum PBB akhir bulan ini.
Sementara itu, dalam suatu diskusi panel di Seoul hari Senin, profesor Kim Joon-hyung dari Handong Global University menyebut KTT ke-tiga antar-Korea ini merupakan kelanjutan KTT pertama. Ia mengemukakan tentang perlunya suatu perjanjian konkret mengenai hubungan antar-Korea dan mengurangi ketegangan militer.
Seraya menyebut tentang kurangnya kemajuan dalam dialog Amerika-Korea Utara, profesor Kim mengatakan, Korea Selatan perlu memiliki semacam peran mediasi agar dialog berlanjut.
Sementara itu Kim Hyun-wook, dosen di Korea National Diplomatic Academy, mengatakan pada acara yang sama bahwa menurutnya para pejabat telah menyampaikan sebagian besar hasil pertemuan puncak itu.
Akan tetapi, apabila tidak ada kesepakatan yang muncul dari KTT itu, Kim Hyun-woon berpendapat bahwa tidak akan ada pertemuan puncak yang berarti antara Korea Selatan dan Amerika Serikat dalam sidang Majelis Umum PBB. "Tidak akan ada pertemuan puncak kedua Amerika-Korea Utara, tidak akan ada deklarasi perdamaian," ujarnya.
Jika itu terjadi, ditambah dengan potensi kekalahan partai Republik dalam pemilihan paruh waktu di Amerika, “ini akan menjadi bencana,” ujar Kim Hyun Wook.
Sebelum pertemuan puncak kedua pemimpin, istri Moon, Kim Jung-sook dan istri Kim Jong-un, Ri Sol Ju, mengunjungi Rumah Sakit Anak-Anak Okyo, serta Universitas Musik Kim Won Gyun dengan didampingi sejumlah bintang penyanyi pop Korea.
Juru bicara Yoon Young-chan mengatakan dalam brifing pers Selasa sore, belum jelas berapa banyak kemajuan yang dicapai dalam hal denuklirisasi, dan perlu menunggu pembicaraan hari Rabu (18/9) selesai, sebelum kesimpulan, jika ada, diumumkan. [uh/ab]