Presiden Lantik Tito Karnavian Sebagai Kepala BNPT

Pelantikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Irjen Tito Karnavian dan Kepala Badan Nasional Keamanan Laksda Arie Soedewo di Istana Negara Jakarta (16/3). (VOA/Andylala Waluyo)

Tito menegaskan, BNPT tetap dengan tugasnya untuk melakukan pencegahan kejahatan terorisme dan fungsinya di bidang rehabilitasi para mantan teroris.

Presiden Joko Widodo melantik mantan Kepala Kepolisian Daerah Khusus Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian sebagai kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Istana Negara, Rabu (16/3).

Pada kesempatan yang sama, Presiden juga melantik Laksamana Muda TNI AL Arie Soedewo, sebelumnya menjabat sebagai Asisten Operasi Kepala Staf TNI Angkatan Laut, menjadi Kepala Badan Nasional Keamanan Laut (Bakamla).

Tito mengatakan senang dengan jabatannya yang baru menggantikan Komisaris Jenderal Saut Usman Nasution, dengan menyebut jabatan sebagai Kepala BNPT ibarat kembali ke rumah sendiri.

"Saya cukup lama di bidang ini karena menjadi spesialisasi saya. Saya cukup senang kembali ke habitat saya dalam penanggulangan terorisme. Saya menangani terorisme sejak 1999," ujarnya kepada wartawan usai pelantikan.

"Kemudian ikut dalam berbagai operasi termasuk di Poso. Saya memimpin operasi selama satu setengah tahun. Kemudian juga sebagai Kadensus (kepala detasemen khusus 88 anti-teror Mabes Polri). Dan di BNPT yang merupakan kantor lama saya, dua tahun saya di BNPT. Sehingga ini seperti kembali ke rumah sendiri."

Tito menegaskan, BNPT tetap dengan tugasnya untuk melakukan pencegahan kejahatan terorisme dan fungsinya di bidang rehabilitasi para mantan teroris.

"Fokus utama dari BNPT lebih pada pencegahan dan rehabilitasi. Jadi dalam penanganan teroris itu ada tiga, yaitu, pencegahan penindakan (penegakan hukum) dan rehabilitasi. Domain utama dari BNPT adalah pada pencegahan dan rehabilitasi," ujarnya.

"Nah, ini perlu ada koordinasi karena tidak bisa satu instansi. Bahkan tidak cukup hanya dari pemerintah, tetapi juga lembaga non-pemerintah termasuk masyarakat sipil. Saya sudah ada konsep untuk itu, kebetulan saya (gelar) doktornya di bidang itu. Dan saya memiliki tesis di bidang itu tentang pencegahan dan rehabilitasi."

Tito adalah pemegang penghargaan Adhi Makayasa dan lulusan terbaik Akademi Kepolisian 1987. Ia mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa saat menangkap tokoh Jamaah Islamiyah Dr. Azhari dan kelompoknya di Batu, Jawa Timur pada 2005 silam.

Sementara itu, Arie Soedewo merupakan perwira tinggi TNI-AL yang sejak 18 Agustus 2015 menjabat sebagai sebagai Asops Kasal menggantikan Laksda TNI Arie Henrycus Sembiring. Arie merupakan lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) 1983.

Posisi Kepala Bakamla sebelumnya dijabat oleh Laksamana Madya TNI Desi Albert Mamahit. Di bawah kepemimpinan Mamahit, selama tahun 2015, melalui berbagai patroli, Bakamla telah berhasil mencegah kerugian negara sebesar Rp1,9 triliun, yang mayoritas berasal dari percobaan pencurian ikan.

Dalam tahun 2016 ini, Bakamla berencana menggelar sembilan patroli dalam negeri dan tiga operasi bilateral, dua bersama Malaysia dan satu patroli dengan Australia pada April 2016.