Presiden Macron Serukan Perombakan Radikal Pemerintahan Perancis

Presiden Emmanuel Macron berpidato dalam sidang gabungan parlemen di istana kerajaan Perancis Louis XIV, Versailles, di luar kota Paris, 3 Juli 2017.

Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan Uni Eropa kehilangan arah di tengah birokrasi dan membutuhkan generasi baru pimpinan guna mengembalikannya ke arah semula. Dalam pidato utama di Versailles hari Senin, Macron juga menyerukan perombakan radikal pemerintah negara itu, yang ingin dikuranginya sepertiga.

Presiden Perancis Emmanuel Macron berpidato dalam sidang gabungan parlemen di istana kerajaan Perancis Louis XIV, raja abad ke-17 sampai ke-18 yang dikenal sebagai "Sun King" atau Raja Matahari. Sesi gabungan parlemen, dikenal sebagai Kongres, jarang terjadi di Perancis dan lawan-lawan presiden melihatnya sebagai upaya mengonsolidasi kekuasaan di tangannya. Anggota parlemen dari partai sayap kiri "France Unbowed" Alexis Corbiere memboikot acara itu.

"Mereka mengundang kami hari ini ke Versailles untuk acara yang mahal ini, yang tidak berguna dan dilakukan Kongres ini. Saya tidak menyetujuinya dan saya tidak hadir," kata Alexis Corbiere.

Dalam pidatonya, Macron mengatakan, ia menginginkan reformasi untuk memulihkan martabat Perancis.

"Dan saya benar-benar percaya bahwa melalui pilihan baru-baru ini, rakyat meminta kita mengambil jalan baru yang radikal," kata Emmanuel Macron.

Pemimpin berusia 39 tahun itu ingin mengurangi jumlah anggota parlemen Perancis sampai sepertiga. Ia juga menyerukan penyederhanaan prosedur birokrasi di Uni Eropa.

"Hari ini konstruksi Eropa dan kita harus siap melihatnya, mengatakannya, lemah akibat proliferasi birokrasi, skeptisisme yang berkembang yang timbul karenanya. Saya sangat percaya pada Eropa, tetapi saya tidak selalu menilai skeptisisme ini tidak bisa dibenarkan. Karenanya, saya menyarankan agar kita mundur selangkah, berhenti didikte oleh agenda-agenda, jadwal-jadwal, dan hal-hal teknis yang rumit," imbuhnya.

Anggota partainya, seperti Aurore Berge, memuji pidato Macron itu. "Pidato yang sangat tegas dari presiden. Menurut saya, ini sesuatu yang bersejarah."

Tetapi sebagian anggota parlemen keberatan atas gaya presiden.

Saingan Macron dalam pemilihan presiden, Marine le Pen, menggambarkan pidatonya sebagai tidak jelas.

"Ia menyatakan kita perlu menyambut lebih banyak pengungsi tetapi juga menampung lebih sedikit, kita perlu mengakhiri keadaan darurat tetapi pada saat yang sama, memperpanjang keadaan darurat. Ketidakjelasan ini semakin mengkhawatirkan," kata MArine Le Pen.

Kemenangan besar Macron dalam pemilihan presiden dan parlemen awal tahun ini memberinya mandat luas. Ia mengatakan jika reformasi yang diajukannya tidak disahkan parlemen dalam waktu satu tahun, ia akan mengadakan referendum. [ka/jm]