Presiden Mesir Mohamed Morsi menggambarkan pemerintahan Presiden al-Assad bersikap menindas dan menyerukan pengalihan kekuasaan ke sistem demokratis.
Tekanan regional semakin meningkat terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad, Kamis, setelah, pemimpin Mesir yang baru terpilih menggambarkan pemerintah Damaskus bersikap menindas dan menyerukan pengalihan kekuasaan ke sistem demokratis.
Presiden Mesir Mohamed Morsi mengatakan dalam KTT Negara-Negara Non Blok, di Teheran, salah satu dari sedikit sekutu Assad yang masih tersisa, bahwa pertumpahan darah di Suriah merupakan tanggungjawab yang dipikul bersama masyarakat dunia.
Ia mengatakan, dunia memiliki kewajiban moral untuk mendukung rakyat Suriah dalam perjuangan mereka menentang rezim yang menindas dan telah kehilangan legitimasinya itu, dan bahwa pertumpahan darah hanya akan berakhir dengan campur tangan yang efektif dari pihak luar.
Morsi, yang secara umum dikenal sebagai Islamis moderat, menggambarkan konflik Suriah sebagai kelanjutan dari gelombang revolusi yang menyapu kawasan itu.
Pernyataannya ini bertentangan dengan penggambaran yang disampaikan Teheran dan Damaskus yang menyatakan bahwa kerusuhan di Suriah berbeda dari Arab Spring dan umumnya dilakukan teroris dukungan asing yang bertindak atas nama Amerika dan sejumlah negara di kawasan itu.
Para pendukung Ikhwanul Muslimin -- kelompok Sunni dan kelompok politik paling berpengaruh di Mesir-- menentang sikap pemerintah Syiah di Iran yang mendukung pemerintah Suriah dan aksi penumpasan mautnya terhadap para demonstran yang kebanyakan Sunni .
Delegasi Suriah untuk KTT Gerakan Non Blok melakukan aksi keluar sidang sebagai protes ketika Morsi menyampaikan pidatonya.
Presiden Mesir Mohamed Morsi mengatakan dalam KTT Negara-Negara Non Blok, di Teheran, salah satu dari sedikit sekutu Assad yang masih tersisa, bahwa pertumpahan darah di Suriah merupakan tanggungjawab yang dipikul bersama masyarakat dunia.
Ia mengatakan, dunia memiliki kewajiban moral untuk mendukung rakyat Suriah dalam perjuangan mereka menentang rezim yang menindas dan telah kehilangan legitimasinya itu, dan bahwa pertumpahan darah hanya akan berakhir dengan campur tangan yang efektif dari pihak luar.
Morsi, yang secara umum dikenal sebagai Islamis moderat, menggambarkan konflik Suriah sebagai kelanjutan dari gelombang revolusi yang menyapu kawasan itu.
Pernyataannya ini bertentangan dengan penggambaran yang disampaikan Teheran dan Damaskus yang menyatakan bahwa kerusuhan di Suriah berbeda dari Arab Spring dan umumnya dilakukan teroris dukungan asing yang bertindak atas nama Amerika dan sejumlah negara di kawasan itu.
Para pendukung Ikhwanul Muslimin -- kelompok Sunni dan kelompok politik paling berpengaruh di Mesir-- menentang sikap pemerintah Syiah di Iran yang mendukung pemerintah Suriah dan aksi penumpasan mautnya terhadap para demonstran yang kebanyakan Sunni .
Delegasi Suriah untuk KTT Gerakan Non Blok melakukan aksi keluar sidang sebagai protes ketika Morsi menyampaikan pidatonya.