Dalam pertemuan untuk merumuskan agenda pembangunan pasca 2015, Presiden Yudhoyono menyerukan pentingnya pembangunan yang adil di masa depan.
DENPASAR —
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerukan pentingnya pembangunan yang adil di masa depan untuk menciptakan dunia yang lebih baik dalam pidato pembukaan Pertemuan Keempat Panel Tingkat Tinggi tentang Tujuan Pembangunan Milenium Pasca-2015 di Nusa Dua, Bali, pada Rabu Pagi (27/3).
Presiden Yudhoyono mengungkapkan pembangunan yang adil dan berkelanjutan tidak hanya bergantung pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membutuhkan transformasi ekonomi dan sosial.
Guna mewujudkan pembangunan yang adil, tambahnya, pemerintah perlu membangun blok pembangunan nasional yang mempertahankan kemakmuran masyarakat, yang meliputi penciptaan lapangan kerja, peningkatan produktivitas, meningkatkan daya saing, inovasi teknologi, dan peningkatan infrastruktur pembangunan.
Presiden menegaskan, tujuan akhir dari agenda pembangunan adalah mengakhiri kemiskinan, dan penting untuk memastikan kebutuhan dasar individu di tingkat rumah tangga bisa terpenuhi.
“Dan penting terkait tujuan ini adalah menjamin agar kebutuhan dasar individu di tingkat rumah tangga dapat terpenuhi, kebutuhan mendasar antara lain jasa kesehatan, pendidikan, pangan, energi, air bersih dan juga perumahan yang memadai,” ujarnya.
Pertemuan di Nusa Dua ini menyusul pertemuan sebelumnya di New York pada September 2012, London pada November 2012 dan Monrovia pada Januari 2013. Pertemuan kali ini dihadiri oleh delegasi dari 27 negara.
Presiden Liberia, Ellen Johnson Sirleaf, mendesakkan kerangka kerja sama baru dengan komitmen yang sama, yaitu tetap mengedepankan kepentingan rakyat, transparan dan akuntabel.
“Ini akhirnya memaksa kita mengubah pola pikir kita, mengubah tradisi hubungan interaksi antar pemangku kepentingan. Tidak bisa lagi kita bergantung kepada teknik-teknik yang dahulu, utara-selatan, dikotomi yang lalu, negara miskin atau kaya, kiri atau kanan. Kita harus mencari cara dan pendanaan inovatif untuk membayar implementasi suatu agenda pembangunan yang baru yang lebih integratif,” ujarnya.
Sementara itu, Perdana Menteri Inggris David Cameron yang tidak bisa hadir dalam pertemuan di Bali, melalui pesan videonya menyampaikan pentingnya target-target pembangunan baru untuk membantu negara bergerak mengatasi kemiskinan dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap mengembangkan kerja sama yang telah terjalin.
“Bagaimana kita menyadari kemitraan yang kita miliki, saya berharap kita bisa meningkatkan sektor swasta dan investasi. Yang kedua, saya berharap laporan ini dapat mencerminkan langkah yang baru, dimana kita memiliki suatu peran untuk menjamin pembangunan berkelanjutan,” ujarnya.
Cameron berharap hasil pertemuan Bali akan menjadi tujuan pembangunan pasca 2015 dan menjadi agenda dalam upaya pengentasan kemiskinan di dunia.
Menurut rencana, hasil akhir dari keseluruhan pembahasan Panel Tingkat Tinggi di Bali ini akan disampaikan ke Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon pada akhir Mei 2013, untuk selanjutnya dibahas dalam Sidang Majelis Umum PBB. Hasil pertemuan keempat, sekaligus penutup rangkaian pertemuan panel di Bali ini akan tertuang dalam Komunike Bali.
Presiden Yudhoyono mengungkapkan pembangunan yang adil dan berkelanjutan tidak hanya bergantung pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membutuhkan transformasi ekonomi dan sosial.
Guna mewujudkan pembangunan yang adil, tambahnya, pemerintah perlu membangun blok pembangunan nasional yang mempertahankan kemakmuran masyarakat, yang meliputi penciptaan lapangan kerja, peningkatan produktivitas, meningkatkan daya saing, inovasi teknologi, dan peningkatan infrastruktur pembangunan.
Presiden menegaskan, tujuan akhir dari agenda pembangunan adalah mengakhiri kemiskinan, dan penting untuk memastikan kebutuhan dasar individu di tingkat rumah tangga bisa terpenuhi.
“Dan penting terkait tujuan ini adalah menjamin agar kebutuhan dasar individu di tingkat rumah tangga dapat terpenuhi, kebutuhan mendasar antara lain jasa kesehatan, pendidikan, pangan, energi, air bersih dan juga perumahan yang memadai,” ujarnya.
Pertemuan di Nusa Dua ini menyusul pertemuan sebelumnya di New York pada September 2012, London pada November 2012 dan Monrovia pada Januari 2013. Pertemuan kali ini dihadiri oleh delegasi dari 27 negara.
Presiden Liberia, Ellen Johnson Sirleaf, mendesakkan kerangka kerja sama baru dengan komitmen yang sama, yaitu tetap mengedepankan kepentingan rakyat, transparan dan akuntabel.
“Ini akhirnya memaksa kita mengubah pola pikir kita, mengubah tradisi hubungan interaksi antar pemangku kepentingan. Tidak bisa lagi kita bergantung kepada teknik-teknik yang dahulu, utara-selatan, dikotomi yang lalu, negara miskin atau kaya, kiri atau kanan. Kita harus mencari cara dan pendanaan inovatif untuk membayar implementasi suatu agenda pembangunan yang baru yang lebih integratif,” ujarnya.
Sementara itu, Perdana Menteri Inggris David Cameron yang tidak bisa hadir dalam pertemuan di Bali, melalui pesan videonya menyampaikan pentingnya target-target pembangunan baru untuk membantu negara bergerak mengatasi kemiskinan dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap mengembangkan kerja sama yang telah terjalin.
“Bagaimana kita menyadari kemitraan yang kita miliki, saya berharap kita bisa meningkatkan sektor swasta dan investasi. Yang kedua, saya berharap laporan ini dapat mencerminkan langkah yang baru, dimana kita memiliki suatu peran untuk menjamin pembangunan berkelanjutan,” ujarnya.
Cameron berharap hasil pertemuan Bali akan menjadi tujuan pembangunan pasca 2015 dan menjadi agenda dalam upaya pengentasan kemiskinan di dunia.
Menurut rencana, hasil akhir dari keseluruhan pembahasan Panel Tingkat Tinggi di Bali ini akan disampaikan ke Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon pada akhir Mei 2013, untuk selanjutnya dibahas dalam Sidang Majelis Umum PBB. Hasil pertemuan keempat, sekaligus penutup rangkaian pertemuan panel di Bali ini akan tertuang dalam Komunike Bali.