Presiden Trump Bersikeras Iran Ingin Bernegosiasi dengan AS

Presiden AS Donald Trump di Ruang Roosevelt, Gedung Putih, Washington, D.C., 4 September 2019.

Meskipun ada ketegangan yang terus-menerus antara Amerika Serikat dan Iran, Presiden Donald Trump mengatakan dia berpendapat solusi berdasarkan negosiasi dengan Teheran merupakan hal yang mungkin terjadi.

Dia mengatakan kepada para wartawan, Rabu (4/9), bahwa Iran “ingin berbicara” dan membuat kesepakatan. Pernyataan presiden Amerika itu disampaikan sehari setelah Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan negaranya tidak akan pernah bernegosiasi dengan Amerika Serikat, tetapi dapat mempertimbangkan pembicaraan multilateral jika Washington mencabut semua sanksi terhadap Iran.

Amerika Serikat, Rabu (4/9) mengumumkan sanksi pada jaringan perusahaan, kapal, dan individu yang dituduh terlibat dalam penjualan minyak untuk membiayai kegiatan teroris cabang khusus angkatan bersenjata Iran, Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC). Pemerintahan Trump telah menetapkan IRGC sebagai organisasi teroris.

“Saat ini pemerintah Amerika Serikat mengintensifkan kampanye tekanan maksimum terhadap Republik Islam Iran. Pertama, kami mengumumkan hadiah hingga $15 juta untuk siapa pun orang yang membantu kami mengganggu operasi keuangan Korps Pengawal Revolusi dan Pasukan Qods Iran,” kata Brian Hook, wakil khusus Amerika untuk Iran.

BACA JUGA: AS Halangi Jaringan Pengiriman Minyak Iran

Ketegangan antara Amerika dengan Iran mulai meningkat tahun lalu setelah Presiden Trump meninggalkan perjanjian nuklir enam pihak dengan Iran dan memberlakukan kembali sanksi ekonomi yang keras yang bertujuan untuk memblokir ekspor minyak Iran. Trump mengatakan sanksi itu berhasil dan kemungkinan akan memaksa Iran untuk kembali ke meja perundingan.

Presiden Donald Trump menambahkan, “Mereka terbunuh secara finansial. Inflasi mereka berada pada angka yang hanya sedikit orang yang pernah melihatnya, dan situasinya sangat menyedihkan. Mereka bisa menyelesaikannya dengan sangat cepat. Kita bisa menyelesaikannya dalam 24 jam.”

Sebagian analis mengatakan pemerintahan Trump mungkin telah salah perhitungan.

Jarret Blanc dari National Endowment for International Peace, suatu lembaga nirlaba yang menggalakkan perdamaian internasional adalah salah seorang di antaranya.

“Saya kira Presiden Trump telah memiliki kesalahpahaman tentang Iran selama bertahun-tahun. Dia telah keranjingan oleh analogi antara Iran dan Korea Utara. Sementara bagi Kim Jong-un pertemuan dengan Trump merupakan kemenangan, bagi Iran pertemuan dengan Trump akan menjadi kerugian besar, dengan risiko besar. Satu-satunya cara untuk merealisasikan pertemuan yang diinginkan oleh Trump adalah menawarkan sesuatu yang nyata untuk menyeimbangkan biaya dan risiko yang ditanggung oleh rakyat Iran,” jelasnya.

Jarret Blanc, analis yang bermarkas di Washington itu mengatakan kepada VOA bahwa tekanan tambahan pada Iran yang diumumkan oleh Departemen Luar Negeri Amerika hari Rabu (4/9) bisa menyebabkan lebih banyak konfrontasi di kawasan itu daripada negosiasi dengan Teheran.

Blanc mengatakan proposal Perancis untuk menawarkan pinjaman kepada Iran untuk menopang ekonominya dengan imbalan kepatuhan Iran pada perjanjian nuklir dapat mengurangi ketegangan. Namun, dia mengatakan pemerintahan Trump jelas tidak tertarik dengan proposal itu. [lt/ab]