Presiden Ukraina Dekati Negara-Negara Global Selatan di KTT G7 

Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak (kiri) menyambut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Hotel Grand Prince untuk pelaksanaan pertemuan G7 di Hiroshima, Jepang, Sabtu, 20 Mei 2023. (Foto: Stefan Rousseau/Pool via AP)

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri India Narendra Modi pada Sabtu (20/5). Dia juga dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin negara-negara Global Selatan atau Global South lainnya pada pertemuan puncak Kelompok Tujuh (G7) yang bertujuan memperluas dukungan untuk Ukraina dalam melawan Rusia.

Global Selatan adalah negara-negara berkembang di Asia Timur, Asia Tengah, Amerika Latin, dan Afrika

Pertemuan G7 selama tiga hari di Kota Hiroshima, Jepang, menyetujui penerapan sejumlah sanksi baru terhadap Rusia dan langkah-langkah untuk menghadapi “pemaksaan ekonomi” oleh China. Hal tersebut memancing kemarahan Moskow dan aksi protes Beijing kepada tuan rumah KTT, Jepang.

Zelenskyy tiba di Hiroshima langsung dari KTT Liga Arab dengan menggunakan jet Pemerintah Prancis. Presiden Ukraina yang selalu mengenakan seragam berwarna hijau zitun disambut oleh para pemimpin G7. Pembicaraan antara Zelenskyy dan Modi adalah bagian dari serangkaian pertemuan dengan negara-negara nonblok yang ikut hadir dalam pertemuan itu.

BACA JUGA: G7 Beri Peringatan Keras China dan Korea Utara soal Nuklir

Zelenskyy mengatakan melalui aplikasi pesan Telegram bahwa keduanya membahas kebutuhan Ukraina mengenai rumah sakit keliling dan penghapusan ranjau darat. Selain itu, dia mengundang India untuk bergabung dengan formula perdamaian Ukraina.

Akun Twitter Modi mengunggah foto keduanya berjabat tangan. Menurut cuitan itu, Modi telah memberi tahu Zelenskyy tentang kesiapan India untuk melanjutkan bantuan kemanusiaan bagi rakyat Ukraina dan dukungannya untuk "dialog dan diplomasi" untuk mencari perdamaian.

Presiden Ukraina Volodymyr ZelenskyyIn bertemu dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz (kedua dari kiri) di sela-sela pertemuan G7 di Hiroshima, Jepang, Sabtu, 20 Mei 2023. (Foto: Ukrainian Presidential Press Office via AP)

India, yang menjadi anggota BRICS bersama Brazil dan China, tidak menjauhkan diri dari Rusia. Kesepakatan India untuk mengimpor minyak dari Rusia Rusia dipandang melemahkan sanksi Barat karena membiarkan Moskow terus mendapatkan keuntungan dari pendapatan ekspor energi.

BRICS adalah singkatan lima negara berkembang terdepan di dunia, yaitu Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan (South Africa)

Pembelian bahan bakar dari Rusia oleh India tidak dibahas dalam pertemuan tersebut, kata Menteri Luar Negeri India Vinay Kwatra kepada para wartawan. Pemerintah India mengatakan pihaknya membela kepentingan sendiri dengan keputusan membeli minyak Rusia.

BACA JUGA: Jokowi Serukan Penghentian Kebijakan Diskriminatif dalam KTT G7

Sumber kepresidenan Prancis mengatakan kepada wartawan, Luiz Inacio Lula da Silva dari Brazil juga akan bertemu Zelenskyy di Hiroshima.

Rusia, China

Negara-negara G7 yang terdiri dari AS, Jepang, Jerman, Inggris, Prancis, Italia, dan Kanada, bergulat dengan sejumlah tantangan akibat invasi Rusia ke Ukraina dan ketegangan dengan China, termasuk terkait Taiwan. China mengklaim pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu, sebagai wilayahnya.

Khawatir dengan peran China yang sangat besar sekarang dalam rantai pasokan, dari mulai semikonduktor hingga mineral penting, G7 mengeluarkan komunike yang menetapkan strategi bersama menuju kesepakatan masa depan dengan China, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Para pemimpin negara-negara G7 dan negara-negara undangan berfoto bersama dalam pertemuan G7 di Hiroshima, Jepang, Sabtu, 20 Mei 2023. (Foto: Japan Pool via AP)

Mereka memperingatkan bahwa negara-negara yang mencoba menggunakan perdagangan sebagai senjata akan menghadapi "konsekuensi", sebagai sinyal ke Beijing atas praktik yang menurut Washington merupakan intimidasi ekonomi.

"Kami tidak memisahkan atau berbalik ke dalam. Pada saat yang sama, kami menyadari bahwa ketahanan ekonomi membutuhkan pengurangan risiko dan diversifikasi," kata mereka. "China yang berkembang yang bermain dengan aturan internasional akan menjadi kepentingan global."

BACA JUGA: Inggris Umumkan Sanksi Baru terhadap Rusia, termasuk Larangan Pembelian Berlian

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pada Sabtu (20/5) bahwa keputusan G7 menunjukkan bahwa mereka bertekad pada apa yang disebutnya "penahanan ganda" Rusia dan China.

"Tugas ditetapkan dengan lantang dan terbuka - untuk mengalahkan Rusia di medan perang, tetapi tidak berhenti di situ, tetapi untuk melenyapkannya sebagai pesaing geopolitik," kata Lavrov.

Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataannya malah menuduh G7 mencampuri urusan dalam negerinya, termasuk Taiwan. Kementerian mengatakan pihaknya telah mengajukan pernyataan tegas yang dilayangkan kepada tuan rumah KTT, Jepang.

"Penting untuk mengingatkan G7 bahwa hari-hari ketika beberapa negara Barat berkolusi untuk memanipulasi dunia telah berakhir," kata Kedutaan Besar China di Jepang dalam sebuah pernyataan. [ah/ft]