Rute yang harus dilalui dalam lomba "Trans Am Bike Race" dari pantai barat hingga pantai timur AS sepanjang 6.800 kilometer dan menggunakan jalur sepeda lintas Amerika.
“Saya bersyukur terutama karena saya bisa seperti ini karena dukungan teman-teman yang ada di Indonesia, dari sponsor, dari donatur. Semua ini perjuangan kita bersama, saya hanya orang di lapangan, menjalankan terbaik yang bisa saya berikan. Ini saya persembahkan untuk Indonesia,” tuturnya bangga.
Demikian dikatakan Dzaki Wardana, 35 asal Tangerang yang merasa sangat bangga, bersyukur dan lega, bisa mencapai finish di Yorktown Victory Monument, Virginia.
Dzaki, panggilan akrabnya, semula tidak berkeinginan untuk mengikuti lomba lintas Amerika dengan jarak 6.800 km itu. Sebenarnya, ia ingin mengikuti lintas Eropa terlebih dahulu, yang jaraknya lebih pendek. Namun akhirnya ia malah diterima untuk mengikuti lomba TransAm.
“Saya sebetulnya pengin ikut Trans Continental di Eropa, jadi semacam lomba balap sepeda sejenis, jaraknya 4.300 km. Nah ketika saya mendaftar di sana, saya tidak diterima. Akhirnya, karena ada peluang untuk lomba lain, maka saya mendaftar ke Trans Amerika yang sebenarnya mimpi saya untuk saya ikuti 2 tahun lagi. Tapi karena saya diterima, ya berangkatlah”.
Dengan latihan jangka pendek, Dzaki berangkat ke Amerika dengan start dari Astoria, Oregon pada 4 Juni lalu. Ternyata tantangannya sangat berat, dari iklim hingga medan yang dilalui benar-benar berbeda dengan di Indonesia.
“Pertama menderita adalah soal suhunya. Pertama kali tiba di Amerika kok saya kedinginan terus bawaannya. Ya memang suhunya delapan derajat Celsius kalau pagi. Juga di daerah Colorado saya kena hujan es yang memang rintik-rintik hujan es batu itu sampai dua jam, sudah hampir mau mati,” kata Dzaki.
Memang tidak mudah bagi Dzaki yang baru pertama kali ke Amerika dan langsung mengikuti lomba bersepeda lintas Amerika itu. Apalagi lomba ini sifatnya swadaya, tidak dibantu apapun dari pihak panitia. Untung ada seorang teman sesama pesepeda yang tinggal di Bandung, Pandu Teleskebes. Ia bertindak selaku pemantau perjalanan (dot watcher) selama Dzaki berlomba di Amerika.
“Saya pesepeda yang senang memantau perjalanan para peserta lomba bersepeda jarak jauh. Yang pertama ditakutkan adalah rute yang begitu jauh dan elevation gain (tingkat ketinggian), jalur yang naik-turun. Jadi perlu persiapan matang,” ujar Pandu.
Sekuat apapun manusia, memerlukan istirahat untuk memulihkan stamina tubuh. Ditanya VOA bagaimana dan di mana Dzaki menginap, Pandu mengatakan, “Jadi ada dua kendala utama, pertama adalah cuaca, yang kedua lokasi buat menginap. Kami berdiskusi, bagaimana kondisinya hari itu, perjalanan tadi. Buat besok kita pasang target. Misal, hari ini Dzaki terlalu lelah karena sudah bersepeda 400 km dalam sehari. Berarti besok ambil 200 km saja, tidak usah terlalu jauh. Jadi sudah direncanakan bangun jam berapa, misalnya 250 km, kita lihat di peta, ada kota apa (untuk menginap di hotel) di dekat situ. Itu peran saya di situ, saya diskusi dengan Dzaki, untuk menentukan titik finish setiap harinya,” tambah Pandu.
Terkadang, Dzaki tidak mendapatkan kamar hotel, tetapi berkat bantuan Pandu yang ikut mencarikan dan menyarankan, maka Dzaki selalu mendapat tempat untuk bermalam.
Ditanya mengenai rencana ke depan, Dzaki yang telah dua kali mengikuti lomba bersepeda “Bentang Jawa” di Indonesia berjarak 1.500 km dari Anyer (Banten) hingga Banyuwangi itu mengatakan:
“Tahun depan saya ingin coba ikut yang di Eropa, jaraknya agak pendek, 4.000-an km aja, tapi benar-benar dengan persiapan yang lebih matang, karena yang di Eropa ini jaraknya lebih pendek, tapi tantangannya jauh lebih berat, kendala bahasa di negara-negara yang tidak berbahasa Inggris. Rutenya juga bikin rute sendiri. Panitia hanya menyiapka tempat untuk start dan finishnya, dengan empat check point yang harus dilalui.”
Your browser doesn’t support HTML5
Selama 21 hari perjalanan lomba bersepeda lintas Amerika ini, Dzaki hanya tidur enam jam sehari. Tidak ada hadiah berupa uang maupun piala atau trofi, namun ia puas dan bangga. Nama Dzaki Wardana ditulis dalam Persatuan Petualangan Bersepeda atau Adventure Cycling Association.
Dzaki Wardana pada hari Senin (17/7) didaulat berbicara bersama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno di Jakarta, untuk berbagi pengalaman dan kiat-kiatnya. [ps/em]