Produsen Mobil China Siap Pasok ke Iran Sementara Sanksi AS Berlaku

Mobil Peugeot 206 yang diproduksi oleh produsen mobil Iran Khodro di Teheran (foto: ilustrasi). Peugeot yang memiliki 34 persen pasar mobil Iran, mengumumkan hengkang pada bulan Juni setelah AS mengumumkan sanksi terhadap Iran.

Produsen China tampaknya siap untuk mengisi kesenjangan di Iran, sementara pembuat mobil Perancis menutup operasi mereka di Iran sebelum sanksi terhadap Teheran diterapkan kembali oleh AS.

Langkah China itu bisa menjadi perselisihan baru antara Washington dan Beijing, menambah kecurigaan di antara kedua negara yang sudah terlibat dalam perang dagang yang semakin sengit.

Produsen mobil Perancis Renault, yang memiliki pangsa delapan persen di pasar otomotif Iran, terbesar ke-12 di dunia, bulan lalu mengumumkan akan bergabung dengan lebih dari 100 perusahaan internasional yang telah menarik diri dari Iran untuk mematuhi sanksi AS, diberlakukan kembali mulai Selasa, terlepas dari fakta bahwa Renault tidak beroperasi di Amerika Serikat.

Peugeot mengumumkan hengkang pada bulan Juni. Perusahaan itu memiliki pangsa pasar 34 persen di Iran, menjual sekitar 500.000 mobil per tahun.

Produsen mobil Jerman Daimler juga mengumumkan telah "menghentikan kegiatannya di Iran, walaupun sebenarnya sangat terbatas, sampai pemberitahuan lebih lanjut sesuai dengan sanksi yang berlaku."

Renault mengatakan akan meningkatkan operasi di Afrika dalam upaya mengimbangi kerugian dengan keluar dari Iran.

Perusahaan-perusahaan mobil milik negara dan swasta yang saat ini merakit atau mengimpor mobil China memiliki hampir 10 persen pangsa pasar Iran, yang menurut para analis kemungkinan akan meluas segera setelah kepergian Perancis. Perusahaan China saat ini menguasai 50 persen onderdil mobil yang diimpor ke Iran. [as]