Pemerintah akhirnya mulai merealisasikan program vaksinasi petugas kesehatan dan pegawai negeri pada Kamis (13/1), sehari setelah Presiden Joko Widodo menerima suntikan pertama vaksin Covid-19, Sinovac Biotech dari China.
Kementerian Kesehatan berencana memvaksinasi lebih dari 1,3 juta petugas kesehatan dan 17,4 juta pejabat publik pada tahap pertama. Selain itu, sebagaimana dilansir dari Associated Press, Kamis (13/1), pemerintah juga menargetkan untuk memvaksinasi dua pertiga penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 270 juta orang atau lebih dari 180 juta orang.
“Pandemi masih berlangsung dan petugas kesehatan menjadi garda terdepan dalam merawat pasien Covid-19,” kata Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono.
Sebanyak 25 tenaga kesehatan pertama yang mendapat suntikan adalah karyawan RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.
Direktur RSCM Lies Dina Liastuti mengatakan sebanyak 6.000 orang akan divaksinasi. Akan ada sebanyak 275 orang per hari yang divaksinasi.
BACA JUGA: Jokowi Perdana Disuntik Vaksin Covid-19 Buatan SinovacBadan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) secara resmi mengeluarkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) untuk vaksin Covid-19 buatan Sinovac. Sebelumnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga mengatakan vaksin tersebut halal.
Kementerian Kesehatan memperkirakan Indonesia membutuhkan waktu 15 bulan untuk menyelesaikan program vaksinasi, hingga Maret 2022.
Peluncuran program vaksinasi itu dilakukan ketika Indonesia mencatat rekor harian infeksi dan kematian akibat Covid-19 pada hari Rabu (13/1), dengan 11.278 kasus dan 306 kematian dalam 24 jam terakhir. Secara total terdapat lebih dari 858 ribu kasus infeksi dan lebih dari 24.900 kematian yang terjadi di tanah air.
Beberapa ilmuwan memperingatkan bahwa sebenarnya tidak cukup data mengenai keefektifan atau keamanan vaksin Sinovac. Hal tersebut belum diuji pada puluhan ribu orang yang dianggap perlu sebelum dilisensikan untuk penggunaannya secara luas.
Para peneliti di Brazil pada minggu lalu mengatakan efikasi vaksin Sinovac tersebut mencapai 78 persen sehingga efektif untuk melindungi terhadap gejala akibat virus corona. Namun setelah melihat lebih dekat pada kasus-kasus ringan, mereka mengumumkan data yang menunjukkan secara keseluruhan, efektivitas hanya di atas 50 persen. [ah/au]