Selama tiga hari, Yogyakarta mencatat angka tambahan kasus terkonfirmasi positif corona di atas rata-rata. Pada 19 Juli, tercatat 16 kasus baru, turun hanya enam kasus sehari kemudian, namun melonjak menjadi 28 kasus baru pada 21 Juli. Rabu, 22 Juli 2020 terdapat tambahan 21 kasus positif, sehingga total kasus positif Covid 19 di DIY menjadi 486 kasus.
Juru Bicara Tim Gugus Tugas Covid 19 Yogyakarta, Berty Murtiningsih menjelaskan, tambahan kasus terjadi karena peningkatan uji swab.
“Kalau kita meningkatkan jumlah yang diperiksa, yang dicari lebih banyak, tentunya akan ketemu juga lebih banyak. Mulai akhir Juli kemarin, kita sudah memprioritaskan pemeriksaan ini pada tenaga kesehatan yang memang ada di garda terdepan penanganan Covid ini baik di rumah sakit maupun Puskesmas. Kita prioritaskan untuk di swab secara massal,” kata Berty dalam keterangan kepada media, Rabu (22/7).
Terapkan Uji Swab Langsung
Dalam melakukan tracing kontak erat, Yogyakarta juga mengambil kebijakan lebih progresif. Jika sebelumnya menggunakan RDT, kini semua langsung tes swab. Yang menjadi batasan sebagai kontak erat juga diperluas.
“Di samping itu, karena kita selalu mendapatkan kasus impor, maka teman-teman di Puskesmas kalau ada laporan orang dari luar, kemudian kita lakukan indepth interview. Kalau dia beresiko tinggi, maka dia langsung di swab. Maka dari itu, kok kasusnya banyak dari luar, karena memang kita dapat banyak, karena kita melakukan itu,” tambah Berty.
Dalam penjelasan setiap kasus positif, memang disertakan pula riwayat perjalanan pasien. Di samping itu, dijelaskan pula pertemuan pasien dengan orang-orang yang berasal dari wilayah tertentu, yang dicurigai menjadi penyebab penularan.
Munculnya jumlah kasus tinggi dengan penerapan swab massal ini, menurut Berty menjadi peringatan bagi gugus tugas di Yogyakarta. Paling tidak, dengan data yang ada dapat disimpulkan bahwa potensi kasus positif di masyarakat masih cukup tinggi. Semakin banyak tes swab dilakukan, maka kemungkinan mendapatkan kasus baru semakin besar.
Berty memastikan ada upaya untuk menekan dampaknya. Pemerintah daerah telah mengupayakan perlindungan untuk kelompok rentan. Layanan kesehatan juga disiapkan, mulai dari rumah sakit, sumber daya manusia dan logistiknya.
Dampak Terbukanya Aktivitas
Sekretaris Daerah (Sekda) DI Yogyakarta Kadarmanta Baskara Aji menyebut, hubungan sosial yang semakin terbuka menambah peluang peningkatan kasus.
“Kita sudah menerima tamu dalam jumlah banyak, baik itu urusan wisata, bisnis maupun keluarga, dari luar daerah. Bahkan daerah-daerah yang zona merah itu sudah kita terima di DIY. Tentu ini akan memberikan konsekuensi kemungkinan ada konfirmasi positif yang lebih banyak,” kata Baskara Aji.
Meski begitu, Baskara Aji menolak jika dikatakan bahwa Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata telah sepenuhnya kembali ke kondisi awal. Dia memastikan jumlah wisatawan masih dibatasi, dengan melarang grup wisata dalam jumlah besar.
Di setiap lokasi wisata yang sudah dibuka, pembatasan kontak fisik antar wisatawan dilakukan dengan menerapkan kuota pengunjung. Jenis-jenis wisata tertentu bahkan belum boleh dibuka, jika memiliki potensi penularan lebih besar.
Lokasi wisata yang akan buka juga harus memperoleh rekomendasi dari badan pemerintah terkait untuk memastikan, bahwa tempat itu menerapkan protokol kesehatan dengan baik.
Terkait predikat daerah dengan penanganan Covid-19 terbaik yang diberikan Presiden Jokowi belum lama ini, menurut Baskara Aji ada banyak faktor yang mempengaruhi. Selain menekan angka konfirmasi positif, Yogyakarta juga terus berupaya menaikkan angka pasien sembuh, pemberian bantuan sosial, dan menjaga ekonomi masyarakat.
BACA JUGA: Kemampuan Tangani Pandemi Tolok Ukur Pembukaan Sektor PariwisataYogyakarta selalu dibebani dengan kasus impor yang tinggi. Jika melihat data aktivitas pasien, ditemukan faktor dominan yaitu datangnya warga dari wilayah lain, atau warga Yogyakarta yang pergi ke kota tertentu dan kemudian kembali. Aktivitas semacam ini melahirkan klaster-klaster lokal, karena pembawa virus itu banyak berinteraksi sebelum ditemukan sebagai kasus positif.
Penemuan Kasus Seputar Pilkada
Dari penambahan 28 kasus di DIY, Selasa (21/7), sebanyak delapan orang diperoleh dari pemeriksaan terhadap calon Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP) di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Kabupaten ini menjadi salah satu yang akan menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada Desember 2020. PPDP bertugas berkeliling melakukan pengecekan akhir data pemilih di setiap keluarga.
BACA JUGA: Pegawai KPU Pusat Positif COVID-19, Picu Kekhawatiran Pilkada SerentakKetua KPU Kabupaten Bantul, Didik Joko Nugroho memastikan, bahwa yang positif tertular virus corona baru berstatus calon PPDP. KPU Pusat memang telah menetapkan kebijakan, bahwa setiap calon PPDP harus mengikuti rapid test. Jika reaktif, akan dilanjutkan dengan swab. Delapan kasus positif di lingkaran KPU Bantul ini diperoleh melalui proses itu.
“Untuk petugas PPDP yang sekarang sedang bekerja dari rumah ke rumah itu, sebanyak 2.081 itu, kita pastikan semua sudah melakukan rapid test. Dan kita pastikan semua hasilnya non-reaktif,” kata Didik.
Your browser doesn’t support HTML5
KPU Bantul telah mencari pengganti untuk delapan PPDP yang akhirnya positif tertular virus corona. Tindak lanjut penanganan kasus menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan Bantul dan gugus tugas setempat. Terkait proses Pilkada yang menjadi agenda nasional, seluruh PPDP telah bekerja sejak 15 Juli lalu dan ditargetkan selesai pada 13 Agustus 2020.
Berbagai kegiatan yang mewajibkan dilakukannya rapid test atau swab, ternyata banyak membantu gugus tugas menemukan kasus positif baru di Yogyakarta. Fenomena ini setidaknya menjadi bukti, bahwa kekhawatiran adanya kasus-kasus yang belum ditemukan karena keterbatasan uji spesimen, cukup beralasan. [ns/ab]