Kehilangan Wilayah di Irak dan Suriah, ISIS Ubah Propaganda

  • Henry Ridgwell

Dua tentara Irak merobek bendera ISIS di Mosul, Irak (foto: ilustrasi). Kelompok ekstremis ISIS terus kehilangan wilayah kekuasaannya di Irak dan Suriah.

Beberapa analis mengatakan ketika kelompok teror Negara Islam atau ISIS terus kehilangan wilayah kekuasaannya di Irak dan Suriah, propaganda yang disampaikannya juga mengalami perubahan signifikan.

Banyak video yang diproduksi baru-baru ini oleh kelompok itu telah memusatkan perhatian pada pertempuran di kota Mosul, Irak dan seruan bagi pejuang-pejuang asing untuk bergabung dengan kelompok yang sudah tidak lagi berpengaruh itu.

Charlie Winter – pengamat di Center for the Study of Radicalization telah mengamati dengan seksama propaganda ISIS selama beberapa tahun. Ia menggambarkan salah satu dari video terbaru yang dipasang kelompok teror itu menunjukkan serangan bom bunuh diri terhadap pasukan Irak di Mosul.

“Ada pergeseran besar dari gagasan utopia Islam ke arah sesuatu yang terkait perang. Video ini dan video-video lain seperti ini semua dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa meskipun ISIS kehilangan wilayah kekuasaannya, tetapi mereka ingin memastikan bahwa musuh harus mengalami korban sebesar-besarnya dalam merebut wilayah itu,” kata Winter.

Pada puncak kejayaan ISIS, banyak video dipusatkan pada impian utopia terbentuknya sebuah kekhalifahan Islam yang menunjukkan pemandangan yang damai dan sedikit pertempuran. Mereka kerap menyerukan kepada warga Muslim untuk pergi ke wilayah yang dikuasai kelompok itu di Suriah dan Irak.

“Kelompok ini masih berupaya berkomunikasi dengan pejuang-pejuang asing, tetapi secara kualitatif menggunakan cara yang berbeda. Mereka tidak lagi menyerukan orang untuk hijrah atau bermigrasi ke Irak dan Suriah. Mereka menyerukan pengikutnya untuk tetap berada di negara mereka dan melancarkan serangan dari sana,” tambah Winter.

ISIS masih mempromosikan tujuan utopia ideal. Satu video baru-baru ini yang berjudul “Building Blocks’’, secara sengaja menunjukkan bagaimana kelompok teror itu mengelola layanan publik di Raqqa, Suriah; termasuk mengelola pemadam kebakaran, sekolah dan rumah sakit. Bahkan ada gambar seorang polisi yang sedang mengatur lalu lintas sambil tersenyum. Tetapi nada video itu sudah berbeda, ujar Winter.

“Mirip seperti nostalgia, seakan-akan ISIS mengakui bahwa cengkeraman mereka atas wilayah seperti Raqqa, yang dulu adalah markas besarnya, mulai sulit dipertahankan. Jika semangat mereka kendor, mereka dapat melihat video ini dan mengenang, seperti itulah keadaannya waktu ISIS masih kokoh,” lanjut Winter.

Winter mengemukakan bahwa ISIS masih terus memproduksi video yang sangat brutal tetapi pihak yang bertanggungjawab untuk menyiarkannya memilih untuk tidak menggunakan video seperti itu. Ini adalah perubahan yang telah semakin melemahkan kehadiran media ISIS. [em/ds]