Dalam pidato State of the Union pada 7 Maret lalu, Presiden Joe Biden berpidato secara berapi-api. Ia meraih banyak simpati dari warga Amerika. Namun jalan menuju Gedung Putih masih panjang.
VOA menghubungi Lindsey Cormack, profesor ilmu politik di Stevens Institute of Technology yang menguraikan hambatan yang dihadapi Presiden Biden dan kampanyenya.
“Saya rasa ada empat faktor besar. Pertama adalah ketidakpopuleran Presiden Biden. Itu tantangan untuk Demokrat. Kedua, juga terkait Biden, terkait usianya.
Kemudian ada faktor-faktor lain yang merupakan hambatan lebih besar. Pertama adalah krisis imigrasi karena isu ini meluas melampaui masyarakat di perbatasan. Dan faktor keempat adalah narasi ekonomi, katanya inflasi tetap tinggi. Orang masih kesulitan membeli rumah. Harga-harga masih mahal. Meskipun data ekonomi menunjukkan ekonomi kita baik dan positif.
Jadi ini adalah empat faktor besar yang dihadapi Demokrat memasuki musim pemilu ini.”
Menurut Lindsey, meskipun pada dasarnya pemerintahan yang dipimpin Presiden Biden dikelola secara baik, Gedung Putih memiliki masalah komunikasi.
“Mereka (Gedung Putih) andal dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan tetapi mereka tidak terampil dalam perpolitikan, khususnya mengungkapkan betapa efektifnya kebijakan mereka.”
BACA JUGA: Warga AS Keturunan Arab Amerika Tolak Pilih Biden di Tengah Upayanya Bantu Korban Perang GazaSalah satu perkembangan lain yang mengkhawatirkan Partai Demokrat adalah ketidakpuasan masyarakat Arab Muslim di negara bagian Michigan. Mereka merasa bahwa Presiden Biden tidak mengusahakan gencatan senjata secara serius di Gaza serta membela nasib warga Palestina.
Isu ini semakin penting mengingat Michigan adalah swing state atau negara bagian yang menentukan kemenangan kandidat akibat sistem electoral college yang berlaku di Amerika.
“Di Michigan terdapat sekitar 240 ribu warga Muslim. Isu tentang tragedi Israel Palestina kini memotivasi pemilih ini dan sejumlah aktivis. Jadi mereka merupakan sebuah blok suara yang harus didekati. Mereka tidak senang pada cara Joe Biden menangani konflik ini. Tetapi untuk saya ini menjadi tidak jelas, apakah Donald Trump akan memberi solusi yang lebih baik sebagaimana diinginkan para aktivis, karena saya menilai pendekatan Presiden Trump atas konflik ini akan bersifat jauh lebih keras dan kejam bagi warga Palestina. Dan dia lebih proIsrael.”
Your browser doesn’t support HTML5
Untuk memperoleh pandangan dari pihak Demokrat, VOA menghubungi Dewita Soehardjono, mantan ketua kaukus Asian American Democrats di Virginia. Dia optimistis bahwa Demokrat akan memenangkan pemilu mendatang, tetapi dia juga menekankan perlunya partai tetap giat, waspada, serta berhati-hati.
“Prospeknya cautiously optimistic (optimistis tetapi hati-hati). Biden waktu State of the Union, speechnya (pidatonya) sangat baik. Jadi yang tadinya agak ragu-ragu karena dengar semua gosip, sentilan Republikan, yah dia sudah tua, segala macamlah, tetapi setelah mereka lihat (pidato) itu, wah gila yah, delapan puluh satu (usia Biden) hebat banget, katanya. Dan bukan hanya itu, pidatonya sangat luar biasa, dan terbukti dengan fund raising (penggalangan dana) malam itu menurut sumber Biden headquarters sampai 10 juta dolar, itu yang terbesar katanya.”
Cormack mengatakan prospek Presiden Biden akan bergantung pada hasil pemilu di tujuh swing states atau negara-negara bagian penentu. Pemilih di sana terutama harus melakukan sebanyak mungkin guna merealisasikan hasil yang mereka inginkan, dan yang terpenting mengirim kartu suara mereka lewat pos atau datang ke TPS pada hari pemilihan. [jm/ka]