Prostetik Ultrasound Tingkatkan Kemampuan Motorik

Mincheng Ni, yang kehilangan kedua tangan dalam kecelakaan, mendemonstrasikan tangan prosthetic di CES in Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat, 7 Januari 2018. REUTERS/Rick Wilking

Seperti teknologi kesehatan lainnya, prostetik kini mampu melakukan banyak hal yang beberapa tahun lalu belum terbayangkan. Kemajuan itu terjadi berkat bantuan mesin pintar dan kecerdasan manusia.

Lengan prostetik kini semakin canggih dan bervariasi, dan bisa digunakan untuk melakukan tugas-tugas rumit.

Georgia Tech Center for Music Technology mengembangkan lengan prostetik yang jari-jarinya bisa digunakan untuk memainkan piano. Para perancangnya terinspirasi dari lengan Luke Skywalker dalam film Star Wars yang bisa menggerakkan jari-jarinya secara independen. Gagasan di balik teknologi ini hanya kebetulan, kata Gil Weinberg, direktur Georgia Tech Center for Music Technology.

“Kami mencoba untuk mengembangkan jari-jari yang digerakkan dengan elektromiografi tapi gagal. Kebetulan, ketika kami mencobanya, di sebelahnya ada mesin ultrasound, lalu kami terpikir untuk melihat ototnya dengan mesin itu dan kami lihat ototnya bergerak ke arah berbeda,” kata Gil Weinberg.

Gil Weinberg, Georgia Tech Center For Music Technology (Photo: VOA/Videograb)

Itu artinya prostetik yang hanya membaca sinyal-sinyal elektrik tidak bisa membedakan jari mana yang ingin digerakkan oleh otot, tapi gambar-gambar ultrasound bisa membedakannya.

“Kami mengembangkan sebuah lengan prostetik yang bekerja berdasarkan sinyal-sinyal ultrasound yang bisa mendeteksi niat pengguna untuk menggerakkan jari-jari mereka, jadi kita bisa mendeteksi benda-benda apa yang ingin mereka pegang,” kata Weinberg.

Jason Barnes, yang kehilangan tangan kanannya, kini dapat memainkan tuts-tuts piano dengan jari-jari prostetiknya. (Foto: VOA/videograb)

Bagi Jason Barnes, yang kehilangan tangan kanannya, teknologi itu telah mengubah hidupnya. Kini dia bisa memencet tuts-tuts piano dengan jari-jari prostetiknya.

“Teknologi ini sangat intuitif. Banyak prostetik lain yang ada di pasaran hanya memungkinkan gerakan jari dengan pola tertentu. Tapi ini memungkinkan saya membentuk pola jari jemari yang saya inginkan, tanpa harus mengubah setingan atau memencet tombol dan sebagainya,” kata Jason Barnes.

Sementara mesinnya menganalisis lebih banyak pola otot, prostetiknya akan semakin pandai memprediksi keinginan pengguna.

“Jari-jari berbeda akan membuat otot bergerak secara berbeda, ke arah berbeda, kadang ke kiri, kadang ke kanan, kadang lebih cepat atau lebih lambat. Kita bisa membuat mesin mendeteksi pola-pola itu dan memprediksi jari mana yang akan digerakkan pengguna, suatu hal yang tidak bisa dilakukan dengan sinyal-sinyal elektromiografi,” kata Weinberg menambahkan.

Para periset mengatakan prostetik pengendali saraf motorik semacam ini bisa dimanfaatkan oleh banyak orang, bukan hanya orang-orang yang kehilangan anggota tubuh, tapi juga para penderita stroke dan mereka yang terbatas gerakannya. [vm/ii]