Sehari setelah memperoleh keanggotaan selama dua tahun di Dewan Keamanan PBB, Arab Saudi hari Jumat mengatakan tidak akan menggunakan haknya itu karena “standar ganda” yang digunakan PBB untuk menyelesaikan konflik-konflik di dunia, khususnya di Suriah. Para pejabat PBB mengatakan langkah ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dalam sebuah pernyataan mengatakan tidak punya pilihan selain menolak keanggotaan di Dewan Keamanan PBB sampai dewan yang beranggotakan 15 negara itu direformasi dan memiliki sarana untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dan memikul tanggung jawabnya untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia.
Sekjen PBB Ban Ki-Moon mengatakan kepada para wartawan, ia masih memikirkan bagaimana menangani masalah ini.
“Saya telah mendengar laporan-laporan media tentang keputusan Arab Saudi, tetapi saya ingin mengingatkan Anda bahwa saya belum menerima pemberitahuan resmi tentang hal ini. Saya mendorong seluruh negara anggota untuk terlibat penuh dalam kegiatan badan-badan utama PBB, sambil meningkatkan upaya-upaya untuk memperbaiki cara kerja mereka,” kata Ban.
Pengumuman tersebut mengejutkan banyak diplomat, khususnya karena Duta Besar Arab Saudi di PBB Abdallah Al Mouallimi hari Kamis lalu telah menyambut baik keanggotaan Arab Saudi dalam DK PBB.
“Kami menilai keanggotaan ini sangat serius, sebagai tanggungjawab untuk memberi sumbangan terhadap forum yang sangat penting ini bagi perdamaian dan keamanan dunia. Masuknya Arab Saudi ke dalam DK hari ini mencerminkan kebijakan kami yang sudah berlaku sejak lama untuk mendukung sikap yang moderat dan mendukung penyelesaian sengketa dengan cara-cara damai,”ungkap Al Mouallimi.
Duta Besar Perancis di PBB Gerard Araud hari Jumat mengatakan kepada para wartawan, ia bisa memahami kekecewaan Arab Saudi terhadap Dewan Keamanan PBB, khususnya dalam isu Suriah.
“Kami kira Arab Saudi akan memberi sumbangan yang sangat positif kepada Dewan Keamanan PBB. Tetapi kami juga sangat memahami kekecewaan Arab Saudi. Faktanya adalah setelah konflik di Suriah berlangsung selama lebih dari dua tahun, Dewan Keamanan tidak mampu bertindak. Kami telah berulangkali berupaya untuk mendorong isu ini. Beberapa negara telah berulangkali menentang berbagai usaha kami dengan memveto berbagai rancangan resolusi DK,” kata Gerard Araud.
Duta Besar Guatemala Untuk PBB Gert Rosenthal mengatakan ia terkejut dengan langkah tersebut dan berharap kelompok kawasan Asia-Pasifik akan bertemu untuk membahas apa yang akan dilakukan selanjutnya.
“Sepengetahuan saya, ini belum pernah terjadi sebelumnya. Tetapi mungkin jika mereka tidak mengubah pendirian mereka, kelompok Asia-Pasifik itu harus mengajukan calon anggota yang lain. Jika usul itu diajukan ke Majelis Umum, maka dewan itu akan mengesahkannya, “ ungkap Gert Rosenthal.
Jika Arab Saudi tidak mengubah sikapnya maka langkah berikutnya adalah kelompok regional Asia-Pasifik harus mencari dan menyepakati kandidat lain untuk mendapat persetujuan Majelis Umum.
Dalam sidang tahunan Majelis Umum PBB bulan lalu, Arab Saudi tidak mau menyampaikan pidato atau menyerahkan salinan pidato tertulis, dengan mengatakan itu merupakan protes mereka terhadap kebuntuan tentang isu Suriah di dalam Dewan Keamanan PBB.
Tetapi dewan keamanan itu telah membuat terobosan bulan lalu, ketika dengan suara bulat menyetujui sebuah resolusi untuk memusnahkan senjata kimia Suriah dan menyepakati pernyataan tentang perlunya akses kemanusiaan yang lebih besar di negara itu.
Sekjen PBB Ban Ki-Moon mengatakan kepada para wartawan, ia masih memikirkan bagaimana menangani masalah ini.
“Saya telah mendengar laporan-laporan media tentang keputusan Arab Saudi, tetapi saya ingin mengingatkan Anda bahwa saya belum menerima pemberitahuan resmi tentang hal ini. Saya mendorong seluruh negara anggota untuk terlibat penuh dalam kegiatan badan-badan utama PBB, sambil meningkatkan upaya-upaya untuk memperbaiki cara kerja mereka,” kata Ban.
Pengumuman tersebut mengejutkan banyak diplomat, khususnya karena Duta Besar Arab Saudi di PBB Abdallah Al Mouallimi hari Kamis lalu telah menyambut baik keanggotaan Arab Saudi dalam DK PBB.
“Kami menilai keanggotaan ini sangat serius, sebagai tanggungjawab untuk memberi sumbangan terhadap forum yang sangat penting ini bagi perdamaian dan keamanan dunia. Masuknya Arab Saudi ke dalam DK hari ini mencerminkan kebijakan kami yang sudah berlaku sejak lama untuk mendukung sikap yang moderat dan mendukung penyelesaian sengketa dengan cara-cara damai,”ungkap Al Mouallimi.
Duta Besar Perancis di PBB Gerard Araud hari Jumat mengatakan kepada para wartawan, ia bisa memahami kekecewaan Arab Saudi terhadap Dewan Keamanan PBB, khususnya dalam isu Suriah.
“Kami kira Arab Saudi akan memberi sumbangan yang sangat positif kepada Dewan Keamanan PBB. Tetapi kami juga sangat memahami kekecewaan Arab Saudi. Faktanya adalah setelah konflik di Suriah berlangsung selama lebih dari dua tahun, Dewan Keamanan tidak mampu bertindak. Kami telah berulangkali berupaya untuk mendorong isu ini. Beberapa negara telah berulangkali menentang berbagai usaha kami dengan memveto berbagai rancangan resolusi DK,” kata Gerard Araud.
Duta Besar Guatemala Untuk PBB Gert Rosenthal mengatakan ia terkejut dengan langkah tersebut dan berharap kelompok kawasan Asia-Pasifik akan bertemu untuk membahas apa yang akan dilakukan selanjutnya.
“Sepengetahuan saya, ini belum pernah terjadi sebelumnya. Tetapi mungkin jika mereka tidak mengubah pendirian mereka, kelompok Asia-Pasifik itu harus mengajukan calon anggota yang lain. Jika usul itu diajukan ke Majelis Umum, maka dewan itu akan mengesahkannya, “ ungkap Gert Rosenthal.
Jika Arab Saudi tidak mengubah sikapnya maka langkah berikutnya adalah kelompok regional Asia-Pasifik harus mencari dan menyepakati kandidat lain untuk mendapat persetujuan Majelis Umum.
Dalam sidang tahunan Majelis Umum PBB bulan lalu, Arab Saudi tidak mau menyampaikan pidato atau menyerahkan salinan pidato tertulis, dengan mengatakan itu merupakan protes mereka terhadap kebuntuan tentang isu Suriah di dalam Dewan Keamanan PBB.
Tetapi dewan keamanan itu telah membuat terobosan bulan lalu, ketika dengan suara bulat menyetujui sebuah resolusi untuk memusnahkan senjata kimia Suriah dan menyepakati pernyataan tentang perlunya akses kemanusiaan yang lebih besar di negara itu.