Para demonstran itu memprotes pemenggalan kepala tujuh warga sipil Afghanistan yang diduga dilakukan oleh militan ISIS.
Ketujuh korban yang dipenggal itu berasal dari suku minoritas Syiah Hazara. Mereka diculik ISIS lebih dari sebulan lalu, dan mayat-mayat mereka yang tanpa kepala ditemukan pihak berwenang hari Minggu (8/11) di propinsi Zabul.
Aksi kekejaman itu menyulut kemarahan warga dan berujung pada demonstrasi besar-besaran. Mengusung peti-peti jenazah, para demonstran turun ke jalan-jalan Kabul di tengah hujan deras dan cuaca dingin menuju istana presiden.
Mereka menyerukan slogan-slogan anti-pemerintah dan menuntut Presiden Ashraf Ghani dan kepala negara Abdullah Abdullah agar mengundurkan diri. Demonstran menyalahkan pemerintahan koalisi yang dianggap gagal menciptakan perdamaian di Afghanistan dan tidak berusaha maksimal membebaskan ketujuh korban penculikan itu.
Para demonstran juga meneriakkan “Matilah Taliban” dan “Matilah Daesh.” Daesh adalah singkatan bahasa Arab untuk kelompok teroris ISIS.
Seorang mahasiswa Afghanistan yang ikut berdemonstrasi berbicara kepada wartawan.
Ia mengatakan, rakyat Afghanistan terus dibunuh setiap hari di negara itu. Mereka menuntut Ghani dan Abdullah agar membalas kematian itu, memulihkan perdamaian dan keamanan agar kaum muda Afghanistan tidak meninggalkan negara itu, lanjutnya.
Dalam pidato televisi, Presiden Ghani menghimbau rakyat agar tenang dan menjamin akan melakukan penyelidikan khusus untuk menghukum pelaku pemenggalan itu.
Ghani mengatakan, ia menghendaki perdamaian dan kemajuan di Afghanistan, dan rakyat harus menunjukkan kesatuan nasional untuk mengalahkan upaya musuh memecah belah negara itu.
Sejumlah pihak menuduh Taliban melakukan pemenggalan itu. Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan kepada VOA, Taliban tidak melakukan pembunuhan tersebut. Mujahid mengatakan Taliban sendiri telah bertindak dan membunuh laskar ISIS yang diduga melakukan pemenggalan itu. Pernyataan tersebut sulit dikonfirmasi secara independen. [th/ii]