Protes-protes pecah di Iran barat pada Sabtu (17/9) di pemakaman seorang perempuan yang tewas setelah ditahan oleh polisi moral yang menegakkan peraturan hijab yang ketat, sementara petugas keamanan menggunakan gas air mata untuk membubarkan para demonstran.
Video-video yang diunggah di media sosial memperlihatkan para demonstran meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah, setelah berkumpul di Saqez, kampung halaman Mahsa Amini. Mereka berdatangan dari kota-kota di dekatnya di provinsi Kurdistan, untuk berduka cita mengenang perempuan 22 tahun yang tewas pada Jumat (16/9) di Teheran itu.
Sebagian demonstran meneriakkan "kematian bagi diktator," merujuk pada Pemimpin Agung Ayatollah Ali Khamenei, sementara polisi menembakkan gas air mata. Sedikitnya seorang pria terlihat mengalami cedera kepalanya dalam sebuah video. Reuters belum bisa memverifikasi video itu.
Dalam beberapa bulan belakangan, para aktivis HAM telah mendesak para perempuan untuk membuka jilbab mereka di depan umum. Aksi itu bisa membuat mereka berisiko ditangkap karena melanggar aturan berbusana Islam, sementara penguasa garis keras di negara itu menindak keras" perilaku tidak bermoral."
Video-video yang diunggah ke media sosial memperlihatkan aksi-aksi keras polisi moral terhadap para perempuan yang melepas hijab mereka.
Berdasarkan hukum syariah di Iran, yang diberlakukan setelah revolusi 1979, perempuan wajib menutupi rambut mereka dan mengenakan busana longgar yang menutupi seluruh tubuh mereka. Pelanggarnya terancam ditegur, didenda atau ditangkap. [vm/ft]