Pihak berwenang India telah menghentikan produksi sirup obat batuk di pabrik Maiden Pharmaceuticals, kata seorang menteri negara bagian pada Rabu (12/10). Penghentian itu dilakukan setelah adanya laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa obat tersebut mungkin terkait dengan kematian puluhan anak di Gambia.
Menteri Kesehatan di negara bagian Haryana, Anil Vij, mengatakan kepada mitra Reuters ANI bahwa pihak berwenang memeriksa pabrik Maiden yang berlokasi di dekat Kota Sonipat. Mereka menemukan adanya 12 pelanggaran praktik yang tidak sesuai prosedur. Untuk itu, kata Vij, mereka memerintahkan pabrik untuk mengentikan produksi.
WHO mengatakan pada pekan lalu bahwa analisis laboratorium dari empat produk Maiden - Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup dan Magrip N Cold Syrup – menujukkan produk-produk tersebut memiliki kandungan dietilen glikol dan etilen glikol yang "tidak dapat diterima.” Kandungan tersebut dapat menjadi racun dan timbal sehingga mengakibatkan cedera ginjal akut.
Sirup obat batuk terlihat dipajang di rak toko di apotek Edmond, Oklahoma, sebagai ilustrasi. (Foto: AP)
Polisi Gambia, dalam laporan penyelidikan awal pada Selasa (11/10), mengatakan bahwa kematian 69 anak-anak tersebut diakibatkan cedera ginjal akut yang terkait dengan sirup obat batuk yang dibuat di India. Obat-obatan tersebut diimpor melalui perusahaan yang berbasis di AS.
Peristiwa ini adalah salah satu insiden terburuk yang melibatkan obat-obatan dari India, yang sering dijuluki sebagai "apotek dunia.”
Situs web berita Moneycontrol sebelumnya mengutip BPOM Haryana yang mengatakan dalam sebuah laporan bahwa Maiden tidak melakukan pengujian kualitas propilen glikol, dietilen glikol dan etilena glikol, sementara pasokan propilen glikol tertentu yang digunakan dalam produksi obat tersebut tidak memiliki tanggal pembuatan dan kedaluwarsa.
Dietilen glikol dan etilena glikol digunakan dalam cairan antibeku dan cairan rem, namun kedua bahan tersebut juga digunakan sebagai alternatif yang lebih murah di beberapa produk farmasi untuk menggantikan gliserin, pelarut atau zat pengental dalam banyak sirup obat batuk.
BACA JUGA: WHO Luncurkan Vaksin Malaria Pertama di Afrika
Eksekutif Maiden Naresh Kumar Goyal menolak berkomentar. Dia mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa perusahaan itu berusaha mencari tahu dari pembelinya apa yang terjadi di Gambia.
Maiden mengatakan di situs webnya bahwa kapasitas produksi perusahaan tahunan mencapai 2,2 juta botol sirup, 600 juta kapsul, 18 juta suntikan, 300.000 tabung salep dan 1,2 miliar tablet yang dihasilkan di tiga pabrik.
Mereka menjual produknya di dalam negeri dan mengekspor ke negara-negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin.
Kementerian Kesehatan India mengatakan pekan lalu bahwa sampel dari keempat produk Maiden yang telah diekspor ke Gambia telah dikirim untuk diuji di laboratorium federal. Hasil uji laboratorium itu akan "menjadi dasar tindakan lebih lanjut serta memberikan kejelasan tentang masukan yang diterima/untuk diterima dari WHO." [ah/rs]