Media Korea Utara, Senin (17/6) melaporkan bahwa Putin akan berkunjung ke Korea Utara pada 18 dan 19 Juni.
Menjelang kunjungan Putin pemimpin Korea Utara Kim Jong-un memuji hubungan yang meluas antara Moskow dan Pyongyang dalam pesan pada 12 Juni. Dia memberikan ucapan selamat kepada Rusia pada hari Nasional, dan menggambarkannya sebagai “hubungan antara
kedua negara yang tidak bisa dipatahkan dan berupa kawan seperjuangan.”
Kim melakukan perjalanan ke kawasan Rusia di Asia pada September untuk bertemu dengan Putin dan mengunjungi beberapa pangkalan militer sehingga memicu keprihatinan Barat tentang persekutuan militer di antara kedua negara.
Pejabat Rusia dan Korea Utara mengatakan, meningkatkan hubungan pertahanan antara kedua negara dibahas selama lawatan itu tetapi mereka tidak mengumumkan langkah yang spesifik.
Rusia dan Korea Utara terlibat dalam konfrontasi dengan AS, akibat invasi Rusia ke Ukraina, sementara dengan Korea Utara sehubungan program senjata nuklirnya.
Baik Korea Utara maupun Rusia telah membantah tuduhan bahwa pengalihan persenjataan merupakan pelanggaran dari berbagai resolusi DK PBB.
Pada Maret, Menteri Pertahanan Korea Selatan Shin Wonsik mengatakan, Korea Utara telah mengirim sekitar 7.000 kontainer yang diisi dengan amunisi dan perlengkapan militer lain kepada Rusia.
Sebagai imbalannya kata Shin, Korea Utara menerima lebih dari 9.000 kontainer yang kemungkinan dimuati dengan bantuan.
Rusia hanya mau bekerja sama dengan Korea Utara selama masih ada aksi militer di Ukraina, kata Andrei Lankov, profesor di Universitas Kookmin.
“Nilai strategis dari Korea Utara seandainya tahap permusuhan aktif berakhir di Ukraina kemungkinan besar berkurang… Ketika masih ada konflik militer di Ukraina maka akan ada interaksi yang giat seperti misalnya perdagangan senjata. Pihak Korea Utara akan berusaha untuk memperoleh bantuan teknis militer dan teknologi militer. Tetapi saya berpendapat Rusia tidak bersedia memberi mereka teknologi itu,” jelasnya.
Moskow mengatakan pihaknya “sangat menghargai” dukungan Pyongyang untuk tindakan militer Rusia dan menyebutnya sebagai “kerjasama yang erat dan produktif.”
Rusia bersama dengan China berulangkali memblokir usaha AS dan mitra-mitranya untuk memberlakukan sanksi PBB atas Korea Utara sehubungan rangkaian uji rudal balistiknya.
Your browser doesn’t support HTML5
Pada Maret, veto Rusia di PBB mengakhiri pemantauan sanksi PBB terhadap Korea Utara, sehingga memicu tuduhan pihak Barat bahwa Moskow berusaha mencegah pengawasan karena Rusia melanggar sanksi pembelian senjata dari Pyongyang untuk digunakan di Ukraina.
Sebelumnya tahun ini, Putin memberi Kim sebuah limusin Aurus Senat yang mewah. Pengamat mengatakan pengiriman itu melanggar resolusi PBB yang ditujukan untuk menekan Korea Utara agar menghapus program persenjataan nuklirnya lewat larangan pemasokan barang mewah ke Korea Utara. [jm/lt]