Putin Minta Badan Keamanan Rusia Perketat Pengamanan Informasi terkait Senjata Baru

  • Associated Press

Presiden Rusia Vladimir Putin

Presiden Vladimir Putin hari Rabu (6/3) meminta Badan Keamanan Federal (FSB) memperketat pengamanan terhadap informasi terkait senjata baru dan semua data peka yang lain.

Dalam arahan kepada para petinggi Badan Keamanan Federal (FSB) yaitu penerus KGB, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan mata-mata asing mempergencar usaha untuk mendapat akses ke rahasia negara.

Ia mengatakan mata-mata itu ingin mengakses informasi politik, ekonomi, ilmiah dan teknologi. Itu artinya petugas perlu semakin aktif. Menurutnya, tahun lalu FSB mengekspos 129 petugas intelijen asing bersama 465 agen mereka.

Putin mengatakan, FSB perlu memberi perhatian khusus dalam melindungi informasi terkait pengembangan, percobaan dan produksi senjata baru Rusia. Ia mengklaim senjata baru dan hipersonik seperti Avangard dan Zircon tidak punya tandingan asing dan tidak mungkin dicegat sehingga membuat sistem pertahanan anti misil tidak berguna,

BACA JUGA: Putin Bersumpah Target AS Jika Washington Kerahkan Misil di Eropa

Rusia sedang giat memodernisasi persenjataannya sejalan dengan memburuknya hubungan dengan Barat akibat krisis Ukraina,, perang di Suriah dan tuduhan bahwa Rusia mencampuri pemilihan presiden Amerika tahun 2016.

Dalam arahannya, Putin menyebut tentang peningkatan kekuatan NATO dekat perbatasan Rusia serta keputusan Amerika keluar dari Perjanjian Senjata Nuklir Jarak Sedang tahun 1987 yang menggangu keamanan internasional dan menimbulkan tantangan baru.

Kemudian Putin mengatakan, spionase asing juga mencoba mempengaruhi perkembangan politik di Rusia. Ia mengemukakan tentang bertambahnya serangan siber pada berbagai lembaga pemerintah dan perusahaan negara.

Di samping ketegangan dengan Barat, Putin mengatakan Moskow tetap terbuka untuk bekerjasama dalam kontra terorisme yang katanya merupakan tantangan bersama. Menurutnya selama tiga tahun terakhir FSB telah mematahkan sekitar 20 serangan teroris per tahun.

Ia menyinggung instabilitas yang menyelimuti Timur Tengah yang katanya menimbulkan ancaman teror terhadap Rusia. Moskow telah terlibat dalam operasi militer di Syria sejak tahun 2015 membantu pemerintahan Bashar al-Assad merebut kembali sebagian besar wilayah. (al)