Putin Minta Ukraina Hentikan Operasi Militer di Ukraina Timur

Presiden Rusia Vladimir Putin hari Jumat (30/5) meminta Ukraina untuk menghentikan operasi militer (foto: dok).

Presiden Rusia Vladimir Putin hari Jumat (30/5) meminta kepada pemerintah Ukraina untuk menghentikan operasi militernya terhadap separatis pro Rusia di bagian timur negara itu.
Kantor berita Rusia hari Jumat (30/5) melaporkan bahwa dalam percakapan telepon dengan Presiden Perancis, Francois Hollande, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan perlu “penghentian segera kekerasan berdarah” oleh pihak berwenang Ukraina dan dimulainya dialog langsung antara Ukraina dan Ukraina tenggara.

Sebelumnya hari Jumat, pejabat menteri pertahanan Ukraina bertekad untuk melanjutkan serangan militer di bagian timur negara itu setelah para separatis menembak jatuh sebuah helikopter yang menewaskan sekurangnya belasan anggota militer.

Mykhailo Koval mengatakan pasukannya telah mengusir sepenuhnya separatis dari bagian selatan dan barat, kawasan Donetsk, juga bagian utara kawasan Luhansk yang bertetangga. Ia mengatakan misi itu akan berlanjut sampai perdamaian dan ketertiban pulih.

Koval mengatakan lebih dari 20 anggota militer telah tewas di Ukraina timur sejak pemerintah melancarkan operasi “anti teroris” disana pertengahan bulan April.

Ia berbicara sehari setelah separatis menembak jauh sebuah helikopter militer dekat pos penjagaan di kota Slovyansk, menewaskan sekurangnya 12 tentara termasuk seorang jenderal.

Dalam laporan terpisah pejabat Barat mengatakan sejumlah besar tentara Rusia telah meninggalkan perbatasan Ukraina.

Juru bicara Gedung Putih jay carney hari Jumat mengatakan bahwa tentara Rusia tampaknya menarik diri dari daerah perbatasan itu tapi penarikan itu belum selesai. Ia mengatakan Gedung Putih tidak punya konfirmasi bahwa tindakan itu merupakan penarikan mundur sepenuhnya.

Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen hari Jumat mengatakan bahwa Rusia memindahkan sekitar 2/3 tentaranya dari dekat dengan perbatasan Ukraina itu. Dalam sebuah pernyataan NATO mengatakan beberapa ribu tentara masih berada di daerah itu.